WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ketegangan di Timur Tengah kembali meningkat setelah Israel melancarkan serangan udara ke Lebanon pada Sabtu (22/3/2025), yang mengakibatkan tujuh orang tewas.
Perdana Menteri Lebanon, Nawaf Salam, memperingatkan bahwa eskalasi ini dapat menyeret negaranya ke dalam "perang baru."
Baca Juga:
Rusia Hujani Drone Ukraina, 77 Pesawat Nirawak Ditembak Jatuh dalam Semalam
Menurut laporan Al Jazeera, Kementerian Pertahanan Israel mengonfirmasi bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz telah memerintahkan serangan gelombang kedua terhadap puluhan target Hezbollah di Lebanon.
Serangan ini menjadi yang terbesar sejak gencatan senjata pada 27 November 2024.
Berdasarkan laporan Kantor Berita Nasional Lebanon (NNA), serangan Israel di kota Touline, Lebanon selatan, menewaskan lima orang, termasuk dua anak-anak.
Baca Juga:
Rusia Perketat Cengkeraman di Perbatasan Ukraina, Pakar: Strategi Moskow Kian Efektif
Di Tyre, serangan udara Israel menewaskan satu orang, sementara di Qlaileh, empat orang mengalami luka-luka. Israel juga melancarkan serangan udara ke Zibqin, yang berada di tenggara Tyre.
Perdana Menteri Lebanon, Nawaf Salam, mengecam aksi militer Israel, menyebutnya sebagai "pelanggaran serius terhadap kedaulatan Lebanon."
Ia menegaskan bahwa Lebanon memiliki hak untuk menentukan kebijakan terkait perang dan perdamaian.