WAHANANEWS.CO, Jakarta - Malaysia menyatakan kesediaannya menjadi tuan rumah putaran baru dialog perdamaian antara Thailand dan Kamboja.
Langkah ini diambil sebagai upaya meredakan ketegangan perbatasan yang dalam beberapa hari terakhir kembali meningkat.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Dorong Kerja Sama Konkret dan Integrasi Kawasan
Seperti dilaporkan CNA pada Jumat (14/11/2025), Menteri Luar Negeri Malaysia Mohamad Hasan mengungkapkan bahwa pertemuan dapat segera dijadwalkan, dengan Kuala Lumpur menjadi lokasi yang paling memungkinkan.
Menurutnya, tawaran ini telah disampaikan langsung oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dan dirinya pada Kamis (13/11/2025).
Di sisi lain, Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul menegaskan bahwa pemerintahannya tetap mengedepankan kepentingan nasional di tengah situasi yang kian tegang.
Baca Juga:
Bertolak ke Malaysia, Mendag Busan akan Dampingi Presiden RI dalam KTT ke-47 ASEAN
Dalam pekan yang sama, Thailand dan Kamboja kembali saling tuduh terkait insiden bentrokan baru di wilayah perbatasan.
Ketegangan meningkat tajam sejak Senin (10/11/2025), ketika Thailand memutuskan menghentikan implementasi perjanjian perdamaian.
Keputusan itu diambil setelah dua tentaranya terluka akibat ledakan ranjau.
Sementara itu, Kamboja mengevakuasi ratusan warga dari Desa Prey Chan yang berada di area sengketa untuk mengantisipasi kemungkinan eskalasi.
Dalam rangka meredakan situasi, Perdana Menteri Anwar Ibrahim mengadakan komunikasi langsung melalui telepon dengan Anutin.
Ia juga menghubungi Perdana Menteri Kamboja Hun Manet untuk memastikan semua pihak tetap berkomitmen pada solusi damai serta tidak memperluas konflik.
Dialog yang akan difasilitasi Malaysia itu merujuk pada Kuala Lumpur Peace Accord, kesepakatan yang sebelumnya ditandatangani dan disaksikan oleh Presiden AS Donald Trump saat KTT ASEAN.
Kesepakatan tersebut bertujuan mengakhiri rangkaian bentrokan yang terjadi pada Juli dan menewaskan 43 orang serta memaksa lebih dari 300.000 warga sipil mengungsi.
Anwar menegaskan kembali bahwa semangat persahabatan dan penghormatan terhadap gencatan senjata harus terus dijaga sesuai isi kesepakatan tersebut.
Ia juga menyatakan kesiapan Malaysia untuk tetap berperan sebagai fasilitator proses perdamaian.
Pada kesempatan terpisah, Menteri Luar Negeri Mohamad Hasan menjelaskan bahwa Kamboja telah meminta agar pembicaraan lanjutan diselenggarakan di Kuala Lumpur.
Thailand pun, kata dia, menghendaki Malaysia melanjutkan perannya dalam menjaga stabilitas gencatan senjata.
Ketegangan semakin mencuat setelah insiden tembak-menembak pada Rabu (12/11/2025).
Hun Manet menilai kejadian itu dipicu oleh tindakan provokatif dari pihak Thailand, meski Kamboja menegaskan tetap menghormati ketentuan yang tercantum dalam gencatan senjata.
Sementara itu, Anutin menegaskan bahwa Thailand tidak gentar menghadapi potensi tindakan balasan dari Amerika Serikat.
Ia menyatakan pemerintah akan tetap memprioritaskan kepentingan nasional serta keselamatan masyarakat, meskipun AS telah menaikkan tarif terhadap produk asal Thailand.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]