WahanaNews.co | Saat ini Indonesia tengah mengembangkan prototipe pajak karbon untuk pembangkit listrik tenaga batu bara, dan juga "memensiunkan" pembangkit listrik tenaga batu bara untuk digantikan pembangkit dengan energi baru dan terbarukan (EBT) dengan model pembiayaan terjangkau dan berkelanjutan.
Hal ini disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bertemu dengan Presiden Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum – WEF) Borge Brende pada kegiatan hari pertama Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum Annual Meeting – WEFAM) 2022 yang diselenggarakan di Davos – Swiss, Minggu (22/5/2022).
Baca Juga:
Menko Airlangga Teken Kerja Sama Blue Economy Indonesia-RRT, Disaksikan Presiden Prabowo dan Presiden Xi Jinping
Menko Airlangga yang mewakili Pemerintah Republik Indonesia (RI) mengungkapkan apresiasi atas terselenggaranya event tersebut di tengah situasi global yang masih belum menentu, terutama dalam upaya pemulihan pascapandemi dan situasi konflik antara Rusia dan Ukraina saat ini.
Menko Airlangga menyampaikan kembali dukungan para pemimpin global, termasuk Presiden RI Joko Widodo, terhadap Agenda Davos 2022.
Dukungan tersebut antara lain respon terhadap pandemi, pemulihan ekonomi, aksi iklim, inovasi teknologi, dan kolaborasi global untuk mendukung Presidensi G20 Indonesia.
Baca Juga:
Pemerintah Komitmen Jaga Kelangsungan Industri Tekstil Dalam Negeri
Secara khusus, menurut Menko Airlangga, Indonesia adalah net exporter batu bara. Sedangkan untuk minyak, posisi Indonesia adalah net importer, walaupun produksi minyak Indonesia saat ini sekitar 700 kilo barel per hari.
Saat ini, Indonesia sedang mengkaji proyek 4 Gigawatt (GW) solar power plant di Bintan yang output-nya akan diekspor ke Singapura serta untuk memenuhi keperluan domestik.
Untuk pembangkit listrik tenaga air, Kalimantan yang mempunyai sungai besar dan panjang merupakan daerah potensial yang diperkirakan dapat menghasilkan lebih dari 10 GW listrik.
Untuk tantangan dalam transisi energi, sebagian besar masyarakat Indonesia, dengan pendapatan per kapita sekitar US$ 4,000 setahun, masih belum mampu membeli energi yang lebih mahal.
Menko Airlangga mengapresiasi WEF atas dukungan dan usulannya dalam membangun komunitas pemimpin bisnis di Indonesia.
Sebagai platform mendorong aksi iklim di seluruh sektor publik dan swasta, kemudian menyusun pilot project pembiayaan alam dan keanekaragaman hayati melalui mekanisme blended finance, dan mengembangkan protokol obligasi transisi, sebagai peluang memberikan pembiayaan kepada perusahaan yang memiliki target transisi ke industri hijau di masa depan.
Presiden WEF menyampaikan, ditunjuknya Presiden RI sebagai Champion Global Crisis Response Group (GCRG) sejalan dengan isu pangan, energi, dan keuangan.
Dalam rangka mengatasi tantangan besar yang saling terkait dalam ketahanan pangan, energi, dan keuangan global akibat konflik Rusia-Ukraina, maka GCRG memegang peranan penting, khususnya dalam membantu negara-negara berkembang mengatasi krisis finansial akibat pandemi yang diperparah krisis pangan dan energi akibat konflik Rusia dan Ukraina.
Turut hadir dalam pertemuan ini mendampingi Menko Airlangga adalah Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian Edi Prio Pambudi, serta Dirjen Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian Eko Cahyanto. [rin]