WahanaNews.co | Rusia melihat ada upaya yang ditargetkan untuk merusak situasi keamanan di Asia, karena aliansi format sempit dan blok militer tetap berpegang pada kebijakan penahanan.
Hal itu diungkapkan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov.
Baca Juga:
Dihujani Kritik, Menlu Rusia Walk Out Saat Pertemuan G20
“Sayangnya, situasi geopolitik regional tidak semakin mudah, yang menghambat transisi ke kerangka kerja sama dan integrasi multilateral yang komprehensif," kata Lavrov pada pertemuan tingkat menteri Konferensi tentang Interaksi dan Tindakan Membangun Keyakinan di Asia di Nur-Sultan, Kazakhstan.
"Kami melihat upaya yang ditargetkan untuk 'memanaskan' situasi dan merusak mekanisme interaksi antarnegara yang ada. Struktur format sempit dari komposisi eksklusif dan blok militer yang berpegang pada logika Perang Dingin dan kebijakan penahanan membuat kontribusi mereka," tuturnya, seperti dikutip dari Sputnik, Selasa (12/10/2021).
Diplomat itu mencatat bahwa setelah penarikannya dari Afghanistan, NATO berusaha untuk memindahkan pasukan ke Asia Tengah, Selatan, dan Tenggara dan untuk mengarahkan arus pengungsi Afghanistan ke sana.
Baca Juga:
Rusia Kecam Agenda NATO Tempatkan Pasukan Permanen di Eropa
"Aliansi menghindari pertanyaan tentang tanggung jawab NATO atas konsekuensi dari eksperimen 20 tahun. Komunitas internasional, tetangga Afghanistan pertama dan terutama, ditawarkan untuk memecahkan masalah," ujar Lavrov.
Dia juga menekankan bahwa senjata yang tersisa di Afghanistan setelah penarikan pasukan NATO tidak boleh digunakan untuk tujuan yang merusak, menegaskan kembali bahwa Taliban harus memenuhi janji mereka untuk mencegah ketidakstabilan di negara itu.
"Taliban telah menyatakan bahwa mereka bermaksud untuk memerangi perdagangan narkoba dan terorisme, bukan untuk menyalurkan ketidakstabilan ke negara-negara tetangga, dan untuk mencapai pembentukan pemerintahan yang inklusif. Yang utama adalah memastikan semua janji ini ditepati," tegas Lavrov.