WahanaNews.co | Gara-gara invasi Ukraina, Rusia tak berdaya di hadapan lembaga antariksa Amerika Serikat atau NASA dan industri luar angkasa.
Peran Rusia dalam industri luar angkasa kini meredup, mengasingkan diri dari pelanggan internasional yang telah lama memasok sumber daya ruang angkasa.
Baca Juga:
2 Astronaut Terdampar di ISS, NASA Pastikan Mereka Baru Pulang Tahun Depan
Semua gara-gara ulah Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang secara tegas menolak untuk mundur dari serangan besar-besaran terhadap Ukraina.
Sejak Rusia memulai invasi ke Ukraina pada 24 Februari 2022, kepala badan Roscosmos, Dmitry Rogozin, menolak untuk meluncurkan muatan perusahaan satelit Inggris.
Roscosmos juga berhenti memasok mesin roket buatan Rusia ke pelanggan AS dan akan putus hubungan dengan mitra Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS.
Baca Juga:
NASA Berhasil Rekam Citra 'Lukisan' van Gogh di Langit Planet Jupiter
Dari segala problematika yang ada, kebijakan luar angkasa yang paling rumit yang sedang dialami Rusia adalah soal Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Selama lebih dari 20 tahun, NASA dan Rusia telah bekerja sama membangun dan memelihara laboratorium yang mengorbit 200 mil di atas Bumi tersebut.
Dua orang pertama yang memasuki ISS adalah seorang astronot AS dan kosmonot Rusia bersama-sama, yang merupakan pilihan Komandan misi STS-88, Robert Cabana.
Ketika program pesawat ulang-alik berakhir, AS kehilangan tumpangan ke luar angkasa untuk astronot dan mulai membeli kursi di pesawat ruang angkasa Soyuz Rusia.
Harganya lebih dari 80 juta dolar AS selama dan berlangsung sembilan tahun sampai SpaceX mulai meluncurkan astronot di bawah Program Kru Komersial NASA.
Sejak SpaceX, perusahaan milik Elon Musk, mulai meluncurkan orang AS dari Florida pada Mei 2020, NASA telah membeli lebih sedikit kursi dari Soyuz Rusia.
NASA bahkan sedang bernegosiasi untuk meluncurkan kosmonot Rusia di roket Crew Dragon milik Space X ketika invasi Ukraina oleh Rusia dimulai.
Dilansir New York Post, pakar kebijakan luar angkasa dari University of Central Florida, Roger Handberg, mengatakan bahwa Rusia telah kehilangan keunggulan.
“Rusia telah kehilangan pengaruh atas AS," begitu kata Handberg, seperti dikutip Minggu (6/3/2022).
Pada April 2022, astronot NASA Mark Vande Hei akan turun dari ISS dengan dua kosmonot dan kembali ke Bumi menggunakan pesawat luar angkasa Rusia di Kazakhstan.
Mark Vande Hei mungkin bakal menjadi orang AS terakhir yang terbang menggunakan kendaraan milik Rusia jika hubungan kedua negara terus memburuk.
AS, negara-negara Eropa, dan Jepang juga berkolaborasi untuk mengelola ISS hingga 2030, tetapi Rusia hanya berkomitmen hingga 2024, dan negosiasi masih berlangsung.
Sejak akhir program pesawat ulang-alik, ISS memang bergantung kepada pesawat ruang angkasa Rusia untuk mengangkat dan memindahkannya dalam manuver penghindaran puing.
Namun, pesawat ruang angkasa kargo Northrop Grumman Cygnus kemungkinan bisa menggantikannya mengingat baru-baru ini merapat di ISS akan melakukan tes pertama.
Jika memilih untuk memutus hubungan dengan mitra ISS, kata Handberg, Rusia mungkin akan benar-benar menjauh dari NASA dan industri luar angkasa. [gun]