WahanaNews.co | Hubungan antara China dan Rusia makin harmonis. Kali ini kedua negara yang saling bertetanggaan ini menggelar patroli bersama di Samudera Pasifik mulai Minggu (17/10/2021) hingga Sabtu (23/10/2021).
Hal ini diungkap oleh Kementerian Pertahanan Rusia, pada Sabtu, (23/10/2021). Moskow dan Beijing telah memupuk hubungan diplomatik dan militer yang dekat dalam beberapa tahun terakhir ketika hubungan kedua negara dengan negara-negara Barat memburuk.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Sebelumnya pada awal Oktober 2021, Moskow dan Beijing menggelar latihan kerja sama Angkatan Laut di Laut Jepang. Manuver – manuver yang dilakukan ini, telah dipantau ketat oleh Jepang.
Jepang menyatatakan pada pekan ini sekelompok kapal dari Cina dan Rusia yang terdiri dari sekitar 10 unit kapal, berlayar melintasi selat Tsugaru. Selat yang memisahkan wilayah daratan Jepang dengan wilayah utara Pulau Hokkaido.
“Kapal-kapal itu melintasi selat Tsugaru untuk pertama kalinya sebagai bagian dari tindakan patroli,” demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia. Selat tersebut dianggap bagian dari wilayah perairan internasional.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan dalam patroli tersebut kapal Cina dan Rusia mengibarkan bendera masing-masing.
Patroli itu bertujuan menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia-Pasifik dan menjaga subjek aktivitas perekonomian laut kedua negara.
Bekerjasama dengan Taliban
Rusia, China, dan Iran menawari Taliban untuk bekerjasama menumpas ISIS demi mencapai keamanan regional.
Persetujuan ini tercapai setelah Rusia memperingatkan bangkitnya kembali kelompok ISIS dan ancaman perdagangan narkoba setelah pengambilalihan kelompok garis keras itu di Afghanistan.
Seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (21/10/2021), selama pembicaraan di Moskow, ibu kota Rusia pada Rabu (20/10) waktu setempat, sepuluh negara peserta juga menyerukan bantuan kemanusiaan "mendesak" untuk Afghanistan dan mengatakan negara-negara yang baru-baru ini menarik pasukan dari Afghanistan harus mendanai upaya rekonstruksi.
Pertemuan di Moskow ini merupakan penampilan internasional terbaru Taliban sejak mereka mengambil alih kekuasaan pada Agustus.
Pembicaraan itu terjadi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan para militan ISIS berkumpul di Afghanistan utara untuk menyebarkan perselisihan agama dan etnis di bekas republik Uni Soviet itu, yang dianggap Moskow sebagai halaman belakang.
Dalam sebuah pernyataan bersama pada Rabu (20/10) waktu setempat, pihak-pihak yang menghadiri pertemuan Moskow mengatakan mereka telah menyuarakan keprihatinan tentang aktivitas kelompok ISIS dan menegaskan kembali kesediaan mereka untuk terus mempromosikan keamanan di Afghanistan untuk berkontribusi pada stabilitas regional.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, yang berpidato dalam pertemuan itu dan mengkritik ketidakhadiran para pejabat Amerika Serikat, sebelumnya mengatakan para militan yang terkait dengan ISIS dan al-Qaeda telah berusaha untuk mengeksploitasi kekosongan keamanan.
Perwakilan Taliban sebelum pembicaraan di Moskow telah bertemu dengan pejabat Uni Eropa dan AS dan melakukan perjalanan ke Turki untuk mendapatkan pengakuan resmi dan bantuan dari masyarakat internasional setelah pengambilalihan mereka pada pertengahan Agustus. [rin]