WAHANANEWS.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyampaikan keinginannya agar konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina dapat dihentikan sebelum tanggal 8 Agustus 2025.
Pernyataan ini diungkapkan oleh diplomat senior AS, John Kelley, saat berbicara dalam rapat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (31/7/2025).
Baca Juga:
Iran Klaim Tembak 10 Jet Tempur Israel dalam Satu Jam, Dunia Tegang
“Baik Rusia maupun Ukraina harus bernegosiasi untuk mencapai gencatan senjata dan perdamaian yang berkelanjutan. Saatnya membuat kesepakatan, Presiden Trump telah menegaskan bahwa hal ini harus diselesaikan sebelum 8 Agustus,” ujarnya, dikutip dari laporan Reuters.
Kelley menambahkan bahwa pemerintah AS siap mengambil langkah-langkah lanjutan untuk mempercepat tercapainya resolusi damai.
Ia menyatakan bahwa Trump telah memperingatkan akan menjatuhkan tarif tambahan serta tindakan ekonomi lainnya kepada Rusia dalam waktu sepuluh hari sejak Selasa (29/7/2025), jika Moskow tidak menunjukkan tanda-tanda konkret untuk mengakhiri agresi militer di Ukraina.
Baca Juga:
3 Dampak Serius Serangan Israel ke Iran: Potensi Konflik Kawasan hingga Lonjakan Harga Energi
Perang antara Rusia dan Ukraina telah memasuki tahun keempat dan menimbulkan kerusakan besar serta krisis kemanusiaan di berbagai wilayah.
Ribuan jiwa telah menjadi korban, sementara jutaan warga terpaksa mengungsi.
Tiga putaran perundingan yang berlangsung di Istanbul sejak awal tahun ini masih belum menghasilkan kesepakatan signifikan.
Meskipun ada progres seperti pertukaran tahanan dan pemulangan jenazah, pembicaraan itu belum mampu menghentikan konflik secara menyeluruh.
Menanggapi dorongan dari AS, Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB, Dmitry Polyanskiy, menyampaikan bahwa Moskow tetap terbuka untuk melanjutkan dialog di Istanbul.
Ia menyatakan bahwa pemerintah Rusia tidak menutup pintu untuk penyelesaian diplomatik.
Di sisi lain, Ukraina melalui Wakil Duta Besarnya untuk PBB, Khrystyna Hayovyshyn, menegaskan bahwa negaranya hanya akan menerima perdamaian yang adil, menyeluruh, dan berlandaskan pada prinsip-prinsip Piagam PBB.
“Kami tidak akan menerima solusi yang parsial atau bersifat sementara. Ukraina menuntut penghentian total atas tindakan militer Rusia,” tegas Hayovyshyn.
Suasana rapat Dewan Keamanan PBB berlangsung dalam ketegangan tinggi, mencerminkan urgensi situasi yang dihadapi.
Tenggat waktu 8 Agustus yang ditetapkan Presiden Trump kini menjadi batas penting dalam upaya mencari solusi damai.
Tekanan diplomatik terhadap kedua negara semakin meningkat, dan masyarakat internasional dituntut untuk mengambil peran lebih aktif dalam mendorong berakhirnya perang yang berkepanjangan ini.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]