WahanaNews.co | Setelah kabar tentang gerakan tentara bayaran Wagner menuju Moskwa dalam pemberontakan singkat, beberapa pengusaha dari wilayah selatan China mulai khawatir. Mereka memerintahkan pabrik-pabrik untuk menghentikan pengiriman barang ke Rusia.
Meskipun pemberontakan tersebut segera meredah, hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi beberapa eksportir yang bergantung pada kerjasama dengan Rusia, mitra terdekat mereka yang bekerja sama dalam perdagangan suku cadang mobil, mesin, dan pakaian.
Baca Juga:
Klaim NATO tentang Bantuan Militer Iran ke Rusia di Ukraina Tak Berdasar dan Bermotif Politik
Shen Muhui, kepala lembaga perdagangan perusahaan di provinsi Fujian selatan China, mengungkapkan kekhawatiran mereka, mengantisipasi kemungkinan masalah yang lebih besar di masa depan.
Meskipun krisis telah mereda, beberapa orang tetap waspada karena mereka tidak yakin tentang perkembangan di masa depan.
Reuters melaporkan bahwa China sebelumnya telah menunjukkan dukungan kepada Moskwa melalui kemitraan yang erat, tetapi hal ini terjadi sebelum Rusia melakukan invasi ke Ukraina dalam operasi militer khusus.
Baca Juga:
Terpilih Jadi Sekjen NATO, Ini Profil Perdana Menteri Belanda Mark Rutte
Namun, seorang pejabat tinggi Amerika Serikat mengungkapkan pada hari Senin (26/6/2023) bahwa pemberontakan akhir pekan tersebut telah mengganggu kepemimpinan tertutup Beijing.
Beberapa analis, baik di dalam maupun di luar China, mulai mempertanyakan apakah Beijing perlu mengurangi hubungan politik dan ekonomi dengan Moskwa.
"Krisis ini telah merusak hubungan yang erat antara keduanya," kata Alexander Neill, seorang analis keamanan berbasis di Singapura.