Kementerian Luar Negeri China tidak segera merespons permintaan komentar terkait pemberontakan yang dibatalkan tersebut. Mereka menggambarkannya sebagai urusan dalam negeri Rusia dan menyatakan dukungan terhadap upaya Moskwa untuk menstabilkan situasi.
Yevgeny Prigozhin, pemimpin kelompok militer swasta Wagner yang telah terlibat dalam pertempuran sengit Rusia di Ukraina, memimpin pemberontakan bersenjata setelah mengklaim banyak anggota kelompoknya tewas dalam pertempuran. Namun, secara tiba-tiba, dia membatalkan pemberontakan tersebut pada Sabtu malam ketika pasukannya mendekati Moskwa tanpa pertempuran yang signifikan.
Baca Juga:
Klaim NATO tentang Bantuan Militer Iran ke Rusia di Ukraina Tak Berdasar dan Bermotif Politik
China tidak memberikan komentar selama krisis berlangsung, tetapi kemudian mengeluarkan pernyataan ketika Menteri Luar Negeri Qin Gang mengadakan pertemuan mendadak dengan wakil menteri luar negeri Rusia di Beijing.
Inti dari hubungan China dan Rusia adalah oposisi bersama terhadap dominasi Amerika Serikat dan ekspansi aliansi militer NATO yang mereka anggap mengancam keamanan mereka.
Setelah berhasil memperoleh masa jabatan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya sebagai Presiden, Xi Jinping melakukan perjalanan luar negeri pertamanya ke Rusia untuk bertemu dengan sahabatnya, Putin.
Baca Juga:
Terpilih Jadi Sekjen NATO, Ini Profil Perdana Menteri Belanda Mark Rutte
Meskipun demikian, beberapa komentator nasionalis di tabloid China yang dikelola negara menyambut baik tindakan cepat Putin dalam mengatasi pemberontakan, namun beberapa tokoh di China mulai mempertanyakan dukungan Beijing terhadap Rusia. Hal ini menarik perhatian mengingat ketatnya kontrol terhadap pidato kritis di China. [eta]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.