WahanaNews.co | Fakta mengerikan perlahan terungkap terkait insiden jatuhnya pesawat Boeing 737-800 milik maskapai penerbangan China Eastern.
Para penyidik Amerika Serikat meyakini seseorang di dalam pesawat dengan sengaja menjatuhkan pesawat Boeing 737-800 itu pada Maret lalu.
Baca Juga:
Detik-detik Pesawat di Chili Meledak Usai Seruduk Tiang Listrik
Dilansir dari kantor berita AFP dan Reuters, Rabu (18/5/2022), media ternama Wall Street Journal melaporkan pada Selasa (17/5) para penyelidik yang menyelidiki jatuhnya pesawat China Eastern Airlines sedang memeriksa apakah itu karena tindakan yang disengaja yang dilakukan di kokpit.
Temuan sejauh ini dari dua orang penyelidik tidak menemukan kerusakan teknis pada pesawat tersebut.
Sekedar informasi, penerbangan China Eastern MU5375 mengalami kecelakaan saat sedang melakukan perjalanan dari Kunming ke Guangzhou pada 21 Maret 2022 lalu.
Baca Juga:
Japan Airlines Tabrakan dan Terbakar, 379 Penumpang-Awak Selamat
Pesawat itu dilaporkan secara misterius jatuh dari ketinggian 29.000 kaki ke lereng gunung hingga mengakibatkan semua 132 orang tewas di dalamnya.
Insiden itu disebut sebagai bencana penerbangan paling mematikan di daratan China dalam 28 tahun.
Sementara itu, Otoritas China sebelumnya juga telah menyampaikan pilot pesawat tersebut tidak menanggapi panggilan berulang dari pengontrol lalu lintas udara dan pesawat terdekat saat insiden tersebut terjadi.
Pesawat pun menurun dengan sangat cepat saat itu.
Salah satu sumber mengatakan kepada Reuters bahwa para penyelidik juga sedang mencari tahu kemungkinan kecelakaan itu adalah tindakan "sukarela".
Kotak hitam perekam data penerbangan yang ditemukan dari lokasi jatuhnya pesawat pun sudah dikirim ke Amerika Serikat untuk dianalisis.
Lebih lanjut, menurut Wall Street Journal yang mengutip orang-orang yang mengetahui penyelidikan itu, data tersebut menunjukkan bahwa seseorang - mungkin seorang pilot atau seseorang yang memaksa masuk ke kokpit - memasukkan perintah untuk membuat Boeing 737-800 itu menukik.
"Pesawat itu melakukan apa yang diperintahkan oleh seseorang di kokpit," tulis Journal mengutip "seseorang yang familiar dengan penilaian awal para pejabat Amerika".
Para pejabat AS yakin kesimpulan mereka didukung oleh fakta bahwa penyelidik China sejauh ini tidak mengindikasikan adanya masalah dengan pesawat, ataupun kontrol penerbangan yang dapat menyebabkan kecelakaan itu, dan perlu ditangani dalam penerbangan mendatang.
Perusahaan Boeing dan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) menolak berkomentar mengenai laporan ini. Tangkapan layar dari laporan Wall Street Journal tampaknya disensor baik di platform China mirip Twitter, Weibo, dan aplikasi WeChat pada Rabu (18/5/2022) pagi.
Topik hashtag "China Eastern" dan "kotak hitam China Eastern" dilarang di Weibo, yang mengutip pelanggaran hukum yang relevan, dan para netizen tidak dapat berbagi cerita dalam obrolan grup di WeChat.
Sebelumnya, Administrasi Penerbangan Sipil China mengatakan pada 11 April dalam menanggapi desas-desus di Internet tentang kecelakaan yang disengaja, bahwa spekulasi itu telah "sangat menyesatkan publik" dan "mengganggu pekerjaan investigasi kecelakaan."
132 Korban Dinyatakan Tewas
Untuk diketahui, Otoritas China menyatakan seluruh penumpang dalam pesawat Boeing 737-800 yang jatuh menabrak lereng gunung di China Selatan tewas.
Kabar tersebut disampaikan setelah berhari-hari proses pencarian dilakukan.
"Semua 123 penumpang dan sembilan awak penerbangan MU5735 dari maskapai China Eastern tewas di dalam pesawat pada 21 Maret," Wakil Direktur Jenderal Administrasi Penerbangan Sipil China Hu Zhenjiang seperti dilansir AFP.
Puluhan kerabat korban telah menunggu selama berhari-hari ketika tim penyelamat menyisir lereng berhutan lebat untuk mencari puing-puing pesawat.
Mereka berharap adanya tanda-tanda korban selamat dari kecelakaan pesawat tersebut. [rin]