WahanaNews.co | Amerika Serikat (AS) telah mengirim kapal perang dan jet tempur F-16 ke wilayah Teluk Persia sebagai upaya untuk mencegah Iran menyita lebih banyak kapal tanker minyak. Meskipun demikian, Iran menunjukkan ketegasan dan mengabaikan gertakan Washington tersebut.
Menteri Pertahanan Iran, Brigadir Jenderal Mohammad Reza Ashtiani, menyatakan bahwa Iran memproyeksikan kekuatan di wilayah tersebut dan sekitarnya tanpa merasa terancam oleh kehadiran AS.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Usulkan Two-State Solution untuk Akhiri Konflik Gaza dalam Pertemuan dengan AS
Ia mengungkapkan pernyataannya pada sesi kabinet di Teheran, Rabu lalu, setelah Pentagon mengumumkan rencananya untuk mengirim jet tempur tambahan dan aset Angkatan Laut ke wilayah Teluk Persia meskipun mendapat peringatan dari Iran.
"Ashtiani menegaskan bahwa Iran tidak terpengaruh oleh tindakan AS yang berusaha mencampuri urusan mereka sendiri," katanya.
"Republik Islam telah mencapai tingkat kekuatan yang membuatnya tidak dapat diintimidasi oleh siapapun," lanjut Ashtiani, seperti dikutip dari IFP, Kamis (20/7/2023).
Baca Juga:
Gagal Menyentuh Pemilih, Harris Kalah Telak Meski Kampanye Penuh Serangan ke Trump
Jenderal tersebut menambahkan bahwa Iran bahkan telah melampaui tingkat tersebut dan sedang berperan aktif dalam skala regional dan internasional. "Kami sedang bermain peran itu," katanya.
Pada hari Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, mengutuk keputusan AS mengirim jet tempur ke Teluk Persia sebagai tindakan "destabilisasi dan provokatif", dengan menegaskan bahwa Iran memiliki hak untuk merespons untuk memastikan keamanan maritim dan penerbangan di wilayah tersebut.
"Dengan mempertimbangkan kendali dan kemampuan Angkatan Bersenjata dalam menjaga keamanan navigasi dan penerbangan di wilayah Teluk Persia, Iran berhak untuk mengambil tindakan pencegahan yang sesuai dengan aturan dan peraturan hukum internasional, dan akan menggunakan hak-hak ini yang tidak dapat dicabut," jelasnya.
"Iran sangat sensitif dan cermat dalam memantau setiap tindakan ilegal dan tidak konstruktif yang mempengaruhi keamanan wilayah, dan akan memberikan perhatian khusus terhadap setiap tindakan provokatif dan ilegal, terutama di dekat perbatasannya," tegas Kanaani.
Sebagai informasi tambahan, pada Juni 2019, pasukan pertahanan udara Iran menembak jatuh drone mata-mata AS senilai USD 220 juta setelah drone tersebut melanggar wilayah udara Iran di atas Selat Hormuz.
Pada Januari 2020, sebagai tanggapan atas serangan pembunuhan tanpa alasan terhadap Qasem Soleimani, komandan Pasukan Quds IRGC, Iran membombardir dua pangkalan militer AS di Irak dengan sekitar selusin rudal balistik, menyebabkan lebih dari 100 tentara AS mengalami cedera otak traumatis.
Pentagon, pada hari Senin lalu mengumumkan pengerahan tambahan aset-aset tempurnya ke kawasan Teluk Persia dengan dalih mencegah Iran merebut lebih banyak kapal tanker minyak yang melintasi Selat Hormuz.
“Menanggapi sejumlah peristiwa yang mengkhawatirkan baru-baru ini di Selat Hormuz, [Menteri Pertahanan Lloyd Austin] telah memerintahkan pengerahan kapal perusak USS Thomas Hudner, pesawat tempur F-35 dan pesawat tempur F-16 ke area tanggung jawab Komando Pusat AS untuk membela kepentingan AS dan melindungi kebebasan navigasi di kawasan itu,” kata wakil juru bicara Pentagon Sabrina Singh.
Militer AS telah menempatkan F-16 dan A-10 Warthogs di wilayah tersebut. A-10 Warthogs telah berpatroli di sana selama lebih dari seminggu setelah pasukan Angkatan Laut Iran mencoba merebut dua kapal tanker minyak di atau dekat Teluk Oman pada 5 Juli, dengan menembaki salah satunya.
Seorang pejabat pertahanan AS menginformasikan kepada wartawan pada hari Jumat pekan lalu bahwa F-16 ditugaskan untuk memberikan perlindungan udara kepada kapal-kapal yang melintasi jalur perairan Selat Hormuz, yang merupakan rute pasokan minyak dunia yang sangat penting, serta bertindak sebagai langkah pencegahan terhadap Iran. [eta]