WAHANANEWS.CO, Jakarta - Meski digadang sebagai salah satu sistem pertahanan udara tercanggih buatan Amerika Serikat, sistem THAAD (Terminal High Altitude Area Defense) ternyata belum sepenuhnya mampu menjawab ancaman nyata dari kawasan Timur Tengah, terutama dari Iran.
Arab Saudi yang baru saja meresmikan pengoperasian baterai THAAD pertamanya, kini menghadapi keraguan global mengenai efektivitas sistem ini dalam situasi perang yang kompleks dan dinamis.
Baca Juga:
Israel Keteteran, Rudal Iran Diprediksi Bakal 'Robek' Iron Dome di Hari ke-18
Sistem THAAD dirancang untuk mencegat rudal balistik jarak pendek hingga menengah, baik di dalam maupun luar atmosfer Bumi.
Ia bekerja dengan sistem pencegat kinetik, yang artinya menghancurkan rudal musuh dengan benturan langsung tanpa menggunakan hulu ledak eksplosif. Dalam teori, teknologi ini sangat presisi dan cepat.
Namun, fakta di lapangan menunjukkan tantangan yang tak bisa diabaikan.
Baca Juga:
Serangan Menggila, Bom Israel Hantam Kantor TV Iran Saat Siaran Langsung
Salah satunya muncul dari pengalaman terbaru Israel dalam menghadapi gempuran rudal balistik dan drone dari Iran dalam perang 12 hari.
Dalam laporan Newsweek, disebutkan bahwa hampir 20 persen dari total persediaan rudal THAAD global milik AS telah digunakan untuk membantu Israel dalam menangkis serangan tersebut
Namun, banyak rudal yang tetap berhasil menembus sistem pertahanan itu, menimbulkan keraguan mendalam atas efektivitasnya.