WahanaNews.co | Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo (Bamsoet), mendorong
kerjasama industri pertahanan dan pengembangan teknologi antara Indonesia
dengan Turki, yang sudah terjalin sejak tahun 2010, terus ditingkatkan.
Penguatan
sudah tercermin dari intensitas kunjungan Menteri Pertahanan Indonesia, Prabowo Subianto, ke Turki yang tercatat sudah empat kali
berturut-turut pada medio 2019-2020 ini.
Baca Juga:
Kecelakaan Balon Udara di Turki Lukai 19 Wisatawan Indonesia, Satu Pilot Tewas
"Dari
serangkaian kunjungan Menteri Pertahanan Indonesia tersebut,
telah dihasilkan komitmen kedua pihak untuk memperkuat serta mengembangkan
kerja sama industri pertahanan. Mulai dari riset dan pengembangan, produksi dan
pemasaran bersama, pembelian, perawatan sertacapacity building,"
ujar Bamsoet, dalam kunjungan kerja ke Pusat Industri
Strategis FNSS Defence System, di Ankara, Turki, Selasa (3/11/20).
Kunjungan
kerja pimpinan MPR RI ini atas undangan Ketua Majelis Agung Nasional Turki, HE Mr Mustafa Sentop.
Turut
hadir para Wakil Ketua MPR RI, antara lain, Syarifuddin Hasan dan Fadel Muhammad. Serta anggota
MPR RI dari unsur DPR RI, Mohammad Ichsan Firdaus, dan anggota MPR RI dari unsur DPD RI, Djafar Alkatiri.
Baca Juga:
Gempa M 5,8 Guncang Marmaris, 11 Warga Terluka Akibat Panik
Bamsoet
menjelaskan, salah satu alasan Turki dipilih bekerjasama di bidang industri pertahanan, adalah adanya latar belakang hubungan baik yang telah
lama terjalin di antara kedua negara.
Indonesia
juga melihat potensi sumberdaya yang dimiliki Turki, salah satunya melalui FNSS, serta terbukanya peluang
kerjasama dengan prinsip saling menghormati dan skema kerjasama yang saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak.
"Fokus
memenuhi kebutuhan peralatan hankam domestik dan kemandirian industri
pertahanan nasional di Indonesia tersebut selaras dengan amanat Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. Kerjasama industri pertahanan Indonesia dengan Turki selanjutnya memiliki dasar legalitas yang lebih kuat lagi melalui
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2014 tentang Pengesahan
Persetujuan Tentang Kerja Sama Industri Pertahanan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Turki," jelas Bamsoet.
Bamsoet
memaparkan, salah satu bentuk kerjasama yang disepakati antara Turki dengan Indonesia adalah pengembangan medium tank yang dikenal
dengan Tank Harimau.
Mesin perang ini mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan
kondisi lapangan di Indonesia, seperti mampu berada di rawa dan laut, dengan
berat sekitar 20-40 ton, dan dilengkapi dengan canon berkaliber 90-105 mm.
"MPR
RI berharap, penguatan kerjasama di bidang industri pertahanan
antara FNSS dengan PT Pindad dapat terus dijaga dan dikembangkan. Sehingga,
menjadi pendorong bagi peningkatan kerjasama lainnya, baik pada bidang industri
pertahanan lainnya," kata Bamsoet.
Bamsoet
menambahkan, seiring kemajuan teknologi, industri pertahanan juga akan
senantiasa berkembang. Sehingga percepatan penguasaan teknologi pertahanan
menjadi sebuah keniscayaan.
"Termasuk
mencari peluang penggunaan teknologi drone
yang tidak hanya untuk industri pertahanan nasional. Tetapi juga untuk
penguatan kegiatan ekonomi lainnya, seperti untuk mendukung food estate, pembangunan desa,
pengawasan sektor perikanan dan kelautan serta lainnya. Hal ini dilakukan
mengingat Turki diakui memiliki teknologi drone
terbaik di Eropa maupun dunia," ujar Bamsoet.
Kepada
Ketua Majelis Agung Nasional (MPR) Turki, HE Mr Mustafa Sentop, Ketua MPR RI ke- 15 ini juga menyambut baik kerjasama
pengembangan vaksin Covid-19 antara Indonesia dan Turki.
"Kami
merasa senang bahwa Menteri yang membidangi Riset dan Teknologi dari kedua
negara, bersama dengan tim masing-masing, telah bertukar pandangan dalam
kerangka kerjasama pengembangan vaksin Covid-19. Tentunya kita mendoakan semoga
hasilnya segera bisa dimanfaatkan oleh rakyat kedua negara, dan juga bagi
kemanusiaan secara global," pungkas Bamsoet. [qnt]