WahanaNews.co, Jakarta - Pertemuan Meja Bundar Dewan Kerja Sama Internasional untuk Lingkungan dan Pembangunan di China diselenggarakan pada Kamis (25/4/2024) di Haikou, ibu kota Provinsi Hainan, di bagian selatan China.
Pertemuan bertajuk "Memberdayakan Keindahan Hainan melalui Ekonomi Biru" (Empowering Hainan's Beauty through Blue Economy) ini membahas isu-isu mengenai tantangan bersama yang dihadapi semua negara di dunia, seperti perubahan iklim dan polusi mikroplastik.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Menurut Zhao Yingmin, Wakil Menteri Ekologi dan Lingkungan Hidup China, negaranya telah secara aktif mengembangkan "Kemitraan Biru" dan mendorong implementasi Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan.
Pada saat yang sama, China berupaya mencapai Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal (Rencana Keanekaragaman Hayati) dan memainkan peran konstruktif dalam membuat serangkaian peraturan mengenai pertambangan laut dalam secara global dan konservasi keanekaragaman hayati laut.
China juga giat berpartisipasi dalam perundingan untuk Mengakhiri Polusi Plastik serta terus menjalin kerja sama internasional dalam bidang penanggulangan polusi laut dan sampah.
Baca Juga:
BPK Nilai Transisi Energi Ancam Pasokan Listrik Nasional
Dalam hal ini, China menyumbangkan wawasan dan proyeknya sendiri untuk memecahkan masalah pencemaran laut global.
Dalam pertemuan tersebut, Duta Besar Norwegia untuk China, Signe Brudeset menyebutkan bahwa terdapat sebuah proyek di mana para ahli dari Norwegia dan Hainan telah bekerja bersama. "Kami meningkatkan pengetahuan kami tentang cara memantau kandungan mikroplastik di sungai dan lautan," ujarnya.
"Alih-alih membersihkan dan memitigasinya, kita bisa mengurangi tekanan dan menghindari pembuangan lebih lanjut," tambah Brudeset.
China menjadi mitra tidak tergantikan dalam mengompromikan industri pelayaran global, dan China juga merupakan bagian dari konsensus Strategi IMO 2023 tentang Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari Kapal.
"China memberikan kontribusi signifikan bagi industri maritim dan mempercepat transisi maritim ramah lingkungan untuk masa mendatang," ungkap Thomas Ostrup Moller, Duta Besar Denmark untuk China.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]