WahanaNews.co | Perdana
Menteri Israel dikabarkan pusing menghadapi 2 tekanan sekaligus, yakni
dibombardir roket Hamas dan pecah perang saudara di Israel sendiri.
Israel yang tengah disibukkan oleh
serangan Hamas dari Jalur Gaza dan bentrokan di kompleks Masjid Al-Aqsa, kini harus membagi perhatiannya untuk kota Led.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Ya, kini Israel tak hanya berhadapan dengan
rakyat Palestina yang selama ini ditindasnya, tapi juga harus menghadapi
warganya sendiri.
Kota Lod kini telah menjadi pusat dari perang
saudara di Israel di mana terjadi bentrokan antara massa dan
polisi.
Perang saudara ini sendiri dipicu ketika ribuan orang
berduka di Kota Lod setelah seorang pria Arab diduga ditembak oleh
seorang Yahudi.
Baca Juga:
Komandan Hamas Tewas dalam Serangan Israel di Lebanon Utara
Pertempuran yang terjadi di Lod ini sendiri pada
akhirnya mengingatkan tentang tragedi yang jauh lebih mematikan di kota
tersebut lebih dari setengah abad silam.
Peristiwa tersebut terjadi pada 30 Mei 1972, tepatnya
di bandara internasional Lod (yang kini diberi nama bandara Ben Gurion), Tal
Aviv,Israel.
Serangan tersebut dianggap sangat langka dan sungguh
sulit dipercaya tak hanya oleh warga Israel, tapi juga hampir seluruh
dunia.
Sebab, kewarganegaraan dari para penyerang dianggap
mustahil terjadi jika merujuk pada alasan serangan mereka.
Ya, dengan penyebab serangan disebut karena
ketidakadilan yang terjadi di Palestina, kewarganegaraan para penyerang
dianggap tak lazim.
Semuanya berawal pada pukul 22.00 kala sebuah pesawat
maskapai Air France yang berasal dari Roma, Italia, mendarat di bandara Lod.
Tiga orang pelaku penyerangan menginjakkan kakinya
di Israel dengan menumpangi pesawat tersebut.
Selain karena kewarganegaraan, tas biola yang mereka
jinjing juga turut membuat mereka dianggap sebagai penumpang biasa, tanpa
menarik perhatian.
Namun semua berubah ketika ketiganya memasuki ruang tunggu dari bandara dan
membuka tas biola yang mereka bawa.
Senapan serbu VZ 58 buatan Cekoslovakia tiba-tiba
menyeruak dan siap memuntahkan peluru-pelurunya.
Tanpa basa-basi, ketiganya langsung menembakkan
senjata mereka secara membabi buta tanpa melihat siapa yang menjadi sasaran.
Tak hanya menggunakan senapan, mereka juga turut
menggunakan granat yang dilemparkan kala mereka mengisi ulang peluru senapan
mereka.
Tragis, salah satu penyerang justru tewas setelah
tertembak tanpa sengaja oleh salah seorang rekannya sendiri. Satu penyerang
lainnya tewas karena ledakan dari granatnya sesaat setelah dirinya menembakin
penumpang yang baru turun dari pesawar El Al.
Satu penyerang yang tersisa berhasil dilumpuhkan oleh
peluru panas aparat keamanan bandara, lalu kemudian diamankan saat mencoba
melarikan diri. Serangan yang menewaskan 26 orang tersebut sontak
membuat Israel mencekam.
Begitu pula dengan satu negara yang menjadi asal dari
ketiga penyerang. Negara yang dimaksud adalah Jepang.
Ya, ketiga penyerang yang berdalih memperjuangkan
ketidakadilan terhadap Palestina tersebut bukan berasal dari negara Arab
atau negara mayoritas Islam lain.
Publik Jepang yang terhenyak akan kabar tersebut
bahkan baru bisa mempercayai kabar yang beredar kala Pejabat Kedutaan Besar
mereka di Israel memberi pernyataan resmi.
Ketiga pelaku, Kozo Okamoto, Tsuyoshi Okuidara, dan
Yasuyuki Yasuda merupakan anggota dari Tentara Merah Jepang (JRA).
Namun, dalam penyerangan di Israel tersebut,
mereka mengaku mewakili kelompok bersenjara Palestina PFLP-EO.
Okamoto, satu-satunya pelaku penyerangan yang selamat
mengaku tak memiliki dendam dengan rakyat Israel.
"Tetapi saya harus melakuannya karena itu adalah
tugas saya sebagai seorang prajurit revolusi," kata Okamoto, seperti
dikutip darikompas.com.
Pengadilan militer Israel selanjutnya
menjatuhkan hukuman seumur hidup kepada Okamoto yang kemudian dibebaskan
setelah menjalani hukuman selama 13 tahun pada 1985.
RoketHamasGempur Tel Aviv
Militan Palestina,Hamas menembakkan
rentetan roket ke pusat ekonomi IsraelTel Aviv, Selasa (11/5/2021)
sebagai pembalasan atas serangan Israel yang menghancurkan blok
menara di Gaza.
Kedua kubu telah menembakkan tembakan terberat mereka
selama beberapa tahun.
Eskalasi tajam, yang dipicu oleh kekerasan di
Yerusalem, telah menewaskan sedikitnya 30 warga Palestina di Jalur
Gaza yang diblokade dan tiga orang Israel, serta melukai ratusan lainnya.
"Ini baru permulaan" serangan Israel,
kata Menteri Pertahanan Benny Gantz memperingatkan, seperti yang dilaporkan
media CNA, Rabu (12/5/2021).
Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh bersumpah, siap
untuk melakukan balasan jika Israel ingin meningkatkan serangan.
"Jika Israeli ngin meningkatkan, kami
siap untuk itu," ujarnya.
Utusan PBB untuk Perdamaian Timur Tengah, Tor
Wennesland, memperingatkan bahwa Israel dan Hamas sedang
menuju "perang skala penuh".
Di kantong Gaza yang padat dan diblokade Israel,
10 anak dan seorang wanita termasuk di antara mereka yang tewas sejak Senin
malam.
203 orang lainnya dilaporkan terluka akibat serangan
udara Israel yang sedang berlangsung, banyak yang diselamatkan dari
reruntuhan bangunan yang membara.
Di Israel, sirene berbunyi saat
roket Hamas menghujani, dan beberapa dari mereka yang tidak dapat
mencapai tempat perlindungan bawah tanah berlindung di bawah jembatan.
"Itu menakutkan," kata Haim Roy Ben Shlomo,
38, warga Ramat Gan dekat Tel Aviv, menambahkan dia telah mendengar "beberapa
tembakan keras, atau ledakan, di atas kepala kami".
Seorang wanita Israel tewas ketika roket
menghantam Rishon Letzion di tepi selatan kota pesisir itu, sementara di dekat
Holon, rekaman AFP menunjukkan bus yang terbakar saat petugas penyelamat membersihkan
puing-puing.
Tembakan roket memaksa Israel untuk
menangguhkan penerbangan di bandara utamanya di Ben Gurion, dekat Tel Aviv. (WN)
Artikel ini telah tayang diTribunNewsmaker.comdengan
judul Karma Nyata Israel? Dibombardir Roket Hamas, Dalam Negeri Pecah Perang
Saudara, PM Netanyahu Stres!,newsmaker.tribunnews.com/2021/05/13/karma-nyata-israel-dibombardir-roket-hamas-dalam-negeri-pecah-perang-saudara-pm-netanyahu-stres?page=4.