WahanaNews.co | Presiden Kuba, Miguel
Diaz-Canel, pada Jumat (16/7/2021), balik menyerang Amerika Serikat
(AS), setelah negaranya disebut sebagai "negara gagal" oleh Presiden AS, Joe
Biden, sehari sebelumnya, mengomentari demo Kuba.
Reuters melaporkan pada Jumat (16/7/2021),
Diaz-Canel menilai, bukan Kuba tapi AS-lah yang seharusnya disebut sebagai
"negara gagal".
Baca Juga:
Harga BBM-nya Naik 500%, Dulu Negara Kaya Kini Bangkrut
Sebelumnya,
Presiden AS, Joe Biden, menyebut negara yang dikelola Partai Komunis itu sebagai
"negara gagal" yang "menekan warganya."
Presiden
ke-46 AS juga menuding pemerintah Kuba menghancurkan harapannya untuk bisa
mencabut sanksi AS dalam waktu dekat, yang telah berkontribusi pada krisis
ekonomi terburuk Kuba dalam beberapa dekade.
Biden
(seorang Demokrat), telah bersumpah selama kampanye kepresidenannya untuk
meringankan beberapa sanksi terhadap Kuba yang diperketat oleh pendahulunya, Donald
Trump (seorang Republik).
Baca Juga:
Peresmian Cafe & Resto 007 Berjalan Dengan Meriah
Tetapi, para
analis mengatakan, demo Kuba, dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya
di pulau itu dalam beberapa hari terakhir, telah memperumit kelonggaran politik
Biden.
"Negara
gagal adalah negara yang menyenangkan minoritas reaksioner dan pemeras, (yang)
mampu melipatgandakan kesusahan bagi 11 juta manusia (penduduk kuba),
mengabaikan kehendak mayoritas Kuba dan komunitas internasional," kicau
Diaz-Canel di Twitter.
Pejabat
Kuba dan banyak analis menuduh bahwa kebijakan AS di Kuba didorong oleh
komunitas Kuba-Amerika yang antikomunis.
Mereka
disebut memiliki pengaruh kuat di negara bagian Florida, tapi bukan membela
kepentingan rakyat Kuba.
Pemerintah
Kuba menuduh Amerika Serikat berada di balik demonstrasi yang meletus secara
nasional di negara Karibia itu pada Minggu (11/7/2021).
Unjuk
rasa besar tersebut tergolong langka, karena perbedaan pendapat publik
dibatasi.
Sementara
ada dugaan kelompok kontra-revolusioner dibiayai untuk menimbulkan kerusuhan.
"Amerika
Serikat telah gagal dalam upayanya menghancurkan Kuba meskipun menghabiskan
miliaran dollar dalam upayanya untuk melakukannya," kata di utas Twitter-nya.
Pengganti
Raul Castro (adik Fidel Castro) ini juga mengecam Washington atas angka kematian Covid-19 yang
tinggi, kekerasan polisi, rasial, dan "catatan perang yang memalukan". [qnt]