WAHANANEWS.CO, Jakarta - Presiden Nepal, Ramchandra Paudel, mengajak masyarakat untuk tetap percaya pada pemerintah yang tengah berupaya memulihkan kondisi setelah serangkaian kerusuhan beberapa hari terakhir.
“Sejumlah upaya sedang dilakukan untuk memenuhi tuntutan para pengunjuk rasa,” ungkap Paudel seperti dikutip dari Kathmandu Post, Kamis (11/9/2025).
Baca Juga:
Kerusuhan Disorot Setara Institute, Hendardi Desak Aparat Bertindak Tegas dan Terukur
Ia juga menyerukan agar semua pihak bersinergi untuk mengembalikan ketertiban di Nepal.
Pernyataan tersebut disampaikan menyusul gelombang protes dan kerusuhan yang mulai meletus sejak awal pekan ini.
Korban jiwa dilaporkan meningkat menjadi 34 orang, dengan 1.368 lainnya mengalami luka-luka.
Baca Juga:
Soal Aksi Demo Anarkis, Prabowo Tegaskan Tidak Akan Mundur
Saat ini, tentara Nepal sudah dikerahkan ke berbagai wilayah, disertai pemberlakuan jam malam guna menstabilkan situasi.
Paudel menegaskan pentingnya perlindungan demokrasi serta penegakan hukum dan ketertiban.
“Saya mengimbau semua pihak agar percaya bahwa upaya sedang dilakukan untuk segera memenuhi tuntutan para pengunjuk rasa. Serta bekerja sama menjaga perdamaian dan ketertiban secara tertib,” tegas Presiden Paudel.
Di sisi lain, juru bicara kepolisian Nepal, Binod Ghimire, mengungkapkan sebanyak 14.307 narapidana melarikan diri dari berbagai penjara di seluruh negeri selama protes berlangsung.
Aksi protes di Nepal ini dipicu oleh kebijakan pemerintah yang melarang penggunaan media sosial seperti Facebook, Instagram, dan YouTube.
Larangan ini memicu kemarahan terutama di kalangan generasi muda (Gen Z) yang merasa hak kebebasan berekspresi mereka direnggut.
Selain itu, ketidakpuasan terhadap korupsi dan memburuknya kondisi ekonomi semakin memperburuk situasi.
Demonstrasi yang awalnya damai berubah menjadi kekerasan, dengan massa menyerang rumah pejabat.
Kerusuhan juga meluas hingga ke kediaman mantan Perdana Menteri dan mantan Presiden Nepal, serta membakar gedung parlemen dan kantor pemerintahan lainnya.
Perdana Menteri Nepal KP Sharma Oli mengundurkan diri pada Selasa (9/9/2025) di tengah meningkatnya kekerasan.
Pada hari yang sama, Panglima Angkatan Darat Jenderal Ashok Raj Sigdel mengajak masyarakat untuk tetap tenang dan membuka dialog sebagai solusi.
Militer dikerahkan ke seluruh negeri pada Selasa malam, disertai larangan berkumpul dan jam malam. Pasukan keamanan juga melakukan penangkapan dan penyitaan senjata.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]