WAHANANEWS.CO, Jakarta - Fenomena keterlibatan warga negara asing dalam konflik bersenjata Rusia-Ukraina semakin menyita perhatian dunia, terutama setelah munculnya kasus seorang eks prajurit Marinir TNI AL, Satria Arta Kumbara, yang kini berada di garis depan sebagai tentara bayaran di pihak Rusia.
Kisahnya menyoroti bagaimana motif ekonomi mendorong sejumlah individu melintasi batas negara untuk berperang demi uang, bukan ideologi.
Baca Juga:
Ada 10 WNI Jadi Tentara Bayaran di Ukraina, Ini Jawaban dari KSAD Jenderal Maruli Simanjuntak
Rabu (23/7/2025), laporan dari sejumlah analis mengungkap bahwa Rusia tidak hanya mengerahkan warga negaranya sendiri dalam perang yang berkecamuk sejak Februari 2022, tetapi juga merekrut tentara bayaran dan bahkan warga negara asing secara langsung untuk memperkuat barisan tempur mereka di Ukraina.
Salah satu kelompok paling terkenal adalah Wagner Group yang didirikan oleh Yevgeny Prigozhin, sosok kontroversial yang sempat memimpin pemberontakan singkat terhadap Moskow sebelum tewas dalam kecelakaan pesawat misterius.
Sementara Wagner kerap menjadi tajuk utama, angkatan bersenjata Rusia juga membuka pintu selebar-lebarnya bagi warga asing.
Baca Juga:
Eks Kabais: Tentara Bayaran Mirip Tawaran TKI Bergaji Tinggi, Tidak Ada Kaitan Dengan Negara Asalnya
Artikel Ian Storey yang diterbitkan oleh ISEAS Fulcrum pada Maret 2024 mencatat bahwa ratusan warga India dan sekitar 2.000 warga Nepal diduga telah direkrut, beberapa di antaranya bahkan terbunuh di medan tempur.
Sebaliknya, Ukraina juga tidak tinggal diam. Sejak awal invasi Rusia, negara itu membentuk Legiun Internasional sebagai bagian dari Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina, yang berada di bawah kendali militer nasional.
Legiun ini menerima relawan pria berusia 18–60 tahun dari berbagai negara, selama mereka sehat secara fisik dan tidak memiliki catatan kriminal.
Gaji menjadi salah satu motivasi terbesar. Ukraina disebut menawarkan bayaran antara 600 hingga 3.300 dolar AS per bulan, tergantung peran tempurnya.
Dengan kurs per Rabu (23/7/2025) yang mencapai Rp16.298 per dolar AS, upah itu setara dengan Rp9,7 juta hingga Rp48 juta per bulan.
Sementara itu, Rusia menawarkan gaji minimum sebesar 1.200 dolar AS atau sekitar Rp19 juta per bulan untuk tentara reguler asing.
Namun, bagi mereka yang bergabung lewat jalur tentara bayaran seperti Wagner, nominal yang ditawarkan bisa jauh lebih tinggi.
Keputusan Satria Arta untuk bergabung sebagai tentara bayaran Rusia menjadi sorotan nasional.
Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, ia mengakui keputusannya didorong oleh alasan ekonomi.
“Loyalitas dan kewarganegaraan saya dipertanyakan,” katanya dalam nada getir.
Tak hanya itu, Pemerintah Rusia kini semakin memudahkan proses rekrutmen warga asing. Pada Minggu (7/7/2025), Presiden Vladimir Putin menandatangani dekrit yang memperluas izin bagi warga negara asing untuk bergabung dengan militer Rusia, bahkan dalam masa damai dan mobilisasi terbatas.
Dekrit itu juga memungkinkan warga asing dengan kualifikasi tertentu menandatangani kontrak langsung dengan badan intelijen seperti SVR, FSB, dan lembaga keamanan lainnya.
Kebijakan baru ini mencabut aturan sebelumnya yang membatasi keterlibatan warga asing hanya dalam kondisi darurat militer.
Meski Rusia sempat mengumumkan mobilisasi parsial pada September 2022, saat invasi ke Ukraina memanas, kebijakan saat itu justru menyebabkan eksodus lebih dari 261.000 warga Rusia ke luar negeri.
Kini, melalui langkah hukum terbaru, Rusia tampak lebih siap memperluas rekrutmennya ke seluruh penjuru dunia.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]