WahanaNews.co, Jakarta - Duta Besar RI untuk Amerika Serikat Rosan Roeslani menyesalkan kejadian kurang menyenangkan yang dialami jurnalis VOA Patsy Widakuswara di KTT ASEAN-AS pada Rabu (6/9/23) kemarin.
Jurnalis AS keturunan Indonesia itu diminta keluar dari ruangan pertemuan KTT, gara-gara bertanya dengan cara berteriak ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden AS Kamala Harris.
Baca Juga:
Pendaftaran PLN Journalist Award 2024 Tinggal Sebulan Lagi, Kirimkan Karya Jurnalistik Terbaikmu!
Rosan menegaskan bahwa pemerintah Indonesia menjunjung tinggi kebebasan pers.
"Kami menyesali insiden yang melibatkan Patsy Widakuswara dan memahami kekhawatiran yang muncul, sekaligus menekankan komitmen kami terhadap kebebasan pers," kata Rosan seperti dikutip dari VOA Indonesia.
Melalui sebuah utas di X (dulu Twitter), Patsy mengungkap kronologi insiden yang terjadi di momen photo-spray atau acara foto bersama di KTT ASEAN-AS.
Baca Juga:
BPJS Kesehatan Anugerahkan Penghargaan Istimewa bagi Jurnalis dan Media Massa
Usai diberi kesempatan mengambil foto pertemuan, para wartawan digiring keluar ruangan karena diskusi digelar tertutup. Saat digiring keluar, Patsy lalu melontarkan dua pertanyaan ke Presiden Jokowi dan Wapres Harris, dengan berteriak.
Kepada Jokowi, Patsy bertanya apakah dia kecewa karena Presiden Joe Biden tak hadir di KTT ASEAN. Sementara untuk Wapres Harris, dia menanyakan soal apakah AS hampir mencapai kesepakatan terkait nikel dengan Indonesia.
Usai meneriakkan dua pertanyaan itu, kepala biro Gedung Putih VOA itu langsung diadang petugas keamanan yang berjaga, dan memintanya keluar. Di luar dia "dikepung" oleh petugas, sementara seorang petugas lain meminta nama Patsy serta melarangnya ikut rangkaian kegiatan lainnya.
"Mereka mengatakan saya dilarang mengikuti berbagai kegiatan. Mereka memblokir saya, mengadang, dan seorang petugas perempuan menyandarkan badannya ke saya," tulis Patsy di akun X.
Dia kemudian melanjutkan, "Petugas itu bahkan sempat mengatakan sampai kiamat pun saya tidak akan mengizinkan dia masuk."
Menurut Patsy, cara bertanya seperti itu lumrah dan sangat biasa di kalangan pers AS meski tak memungkiri ada saat tertentu kala melontarkan pertanyaan adalah hal yang kurang pantas.
Dubes Rosan mengatakan acara tersebut adalah sesi pemotretan dan bukan konferensi pers. Sehingga teriakan dan suara keras bisa menimbulkan kekhawatiran bagi pihak keamanan.
"Kami tetap berdedikasi untuk menegakkan kebebasan pers dan akan berupaya mengklarifikasi dan mematuhi protokol khusus acara untuk mencegah kesalahpahaman atau gangguan di masa depan," ungkap Rosan.
Di tengah kegaduhan itu, Patsy mengungkap perwakilan dari delegasi AS dengan dibantu Dubes AS untuk RI berusaha berdiskusi. Patsy akhirnya diizinkan masuk ke dalam ruangan, setelah berjanji tak akan berteriak melontarkan pertanyaan selama acara berlangsung.
Dubes Rosan juga memastikan insiden itu langsung ditangani di tempat.
[Redaktur: Sandy]