WahanaNews.co | Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengungkapkan bahwa Rusia akan menggunakan senjata nuklir jika merasa terancam.
Lalu apakah gagasan perang nuklir masih dibahas selama perang dengan Ukraina? Peskov mengatakan bahwa hanya ancaman "eksistensial" yang cukup untuk membenarkan penggunaan nuklir dalam perang. "Yah, kami memiliki konsep keamanan domestik, dan itu publik," kata Peskov.
Baca Juga:
Polishchuk: Pembicaraan Damai Rusia-Ukraina Akan Dilakukan Secara Langsung
"Anda dapat membaca semua alasan penggunaan senjata nuklir. Jadi jika itu adalah ancaman eksistensial, ancaman bagi negara kita, maka itu dapat digunakan sesuai dengan konsep kita," imbuhnya seperti dilansir dari Newsweek, Rabu (23/3/2022).
Pernyataan Peskov muncul tak lama setelah Rusia mengklaim telah menggunakan rudal hipersonik untuk pertama kalinya dalam pertempuran melawan pasukan Ukraina.
Meskipun tidak dapat dikonfirmasi secara independen, juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov mengatakan rudal hipersonik Kinzhal telah digunakan, sebuah langkah yang dapat menandakan eskalasi dalam konflik.
Baca Juga:
Di Awal Tahun 2023, Rusia Terus Bombardir Ukraina
“Sistem rudal penerbangan Kinzhal dengan rudal aeroballistik hipersonik menghancurkan gudang besar rudal dan amunisi penerbangan pasukan Ukraina di desa Delyatyn, wilayah Ivano-Frankivsk,” kata Konashenkov, menurut kantor berita milik negara Rusia, RIA.
Sementara potensi penggunaan rudal hipersonik dan nuklir dapat memicu ketakutan akan eskalasi di seluruh dunia, ada kemungkinan bahwa gencatan senjata masih dapat segera terjadi.
Menurut Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres, ada cukup banyak solusi di meja negosiasi yang dapat disetujui oleh Rusia dan Ukraina. Jika demikian, gencatan senjata bisa disebut.
"Ada cukup banyak di atas meja untuk menghentikan permusuhan sekarang, dan serius bernegosiasi sekarang," katanya saat konferensi pers.
Tetapi dia juga mengatakan bahwa kemungkinan besar konflik hanya akan memburuk sebelum menjadi lebih baik. Karena itu, mungkin ada lebih banyak eskalasi, seperti pengenalan resmi rudal hipersonik atau bahkan nuklir, sebelum kompromi tercapai.
"Bahkan jika Mariupol jatuh, Ukraina tidak dapat ditaklukkan kota demi kota, jalan demi jalan, rumah demi rumah," kata Guterres.
"Perang ini tidak dapat dimenangkan. Cepat atau lambat, perang ini harus berpindah dari medan perang ke meja perdamaian," pungkasnya. [bay]