WahanaNews.co | Rusia menggempur kota-kota dan fasilitas energi di Ukraina dalam gelombang baru serangan rudal pada Selasa (15/11). Hal itu dilakukan ketika para pemimpin negara bertemu di Bali untuk pertemuan puncak KTT G20.
Rudal menghujani wilayah dan beberapa kota di Ukraina, seperti ibu kota Kyiv, Lviv dan Rivne di barat, Kharkiv di timur laut, Kryvyi Rih dan Poltava di tengah, Odesa di selatan dan Zhytomyr di utara.
Baca Juga:
Jaringan Listrik di Siantan Putus, Begini Penjelasan PLN
Seperti diberitakan Reuters pada Selasa (15/11), serangan itu membuat energi padam di beberapa daerah. Wali Kota Kyiv Vitali Klitschko mengatakan sekitar setengah dari ibu kota tanpa listrik dan dua bangunan tempat tinggal telah dihantam di daerah pusat kota.
Reuters juga memberitakan sekitar 15 warga berkerumun di sekitar sisi blok apartemen lima lantai yang hancur dan membara akibat serangan Rusia itu.
"Saya berada di apartemen selama peringatan serangan udara. Saya melihat cahaya terang di jendela saya, dan mengerti bahwa ada sesuatu yang datang. Kemudian saya mendengar suara itu, karena sudah dekat," kata Oleksandra yang tinggal di apartemen itu.
Baca Juga:
PLN Sebut Pencurian Kabel Penyebab Listrik di Madura Sering Padam
"Saya melihat dari jendela saya saat roket terbang, api yang terang, dan suara sesuatu yang terbang sangat dekat. Saya segera keluar... Saya melihat orang-orang berlarian keluar dari gedung kami dan ada asap."
Walikota Lviv mengatakan listrik padam di kota itu dan walikota Kharkiv Ihor Terekhov mengatakan fasilitas infrastruktur penting juga rusak di sana.
"Ada masalah dengan pasokan energi. Transportasi listrik darat dan metro telah dihentikan," tulis Terekhov di Telegram.
Gubernur Rivne Vitaliy Koval mengatakan telah terjadi serangan rudal tetapi melaporkan tidak ada korban di kotanya.
Beberapa pejabat pemerintahan Ukraina menilai serangan itu jadi respons Rusia atas pidato Presiden Volodymyr Zelensky di KTT G20.
"Rusia menanggapi pidato kuat @Zelenskiy di #G20 dengan serangan rudal baru. Apakah ada yang benar-benar berpikir bahwa Kremlin benar-benar menginginkan perdamaian? Ia menginginkan kepatuhan. Tetapi pada akhirnya, teroris selalu kalah," Andriy Yermak, kepala staf kepresidenan, tulis di Twitter.
Senada, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba juga menggambarkan serangan itu sebagai tanggapan Rusia atas seruan untuk pembicaraan damai.
"Rudal Rusia membunuh orang dan menghancurkan infrastruktur di seluruh Ukraina sekarang. Inilah yang harus dikatakan Rusia tentang masalah pembicaraan damai," tulisnya di Twitter.
"Berhenti mengusulkan Ukraina untuk menerima ultimatum Rusia! Teror ini hanya dapat dihentikan dengan kekuatan senjata dan prinsip kami."[sdy]