Menurutnya, hal itu adalah bentuk penghinaan pribadi terhadap kepala negara.
Bahkan, ia menilai, orang tidak dapat membayangkan bahwa penghinaan pribadi itu dilakukan dalam retorika seorang pemimpin politik, terutama pemimpin politik negara terbesar di dunia, AS.
Baca Juga:
Soal Invasi Rusia, Dmitry Medvedev: Ada Kemungkinan Perang Nuklir
"Jadi kami sangat menyayangkan hal itu. Pernyataannya tentang 'apakah Putin tidak boleh atau harus berkuasa di Rusia tentu saja tidak dapat diterima'," tukasnya.
"Bukan Presiden Amerika Serikat yang memutuskan siapa yang akan menjadi dan siapa itu Presiden Rusia, namun rakyat Rusia-lah yang menentukan dan memutuskan selama pemilihan," tambahnya.
Peskov kemudian menyampaikan bahwa negara-negara Barat sebenarnya telah menyatakan perang ekonomi secara total melawan Rusia, dengan berbagai sanksi yang diberikan akibat invasi ke Ukraina.
Baca Juga:
Pakar Inggris: Jika Tembakkan Nuklir, Rusia Akan Tamat
"Kami harus menyesuaikan diri dengan kondisi baru. Dan sayangnya, kondisi itu cukup tidak bersahabat. Kami memasuki fase perang total, negara-negara Eropa Barat, AS, Kanada, Australia, mereka sebenarnya memimpin perang melawan kami dalam perdagangan, dalam ekonomi, dalam merebut properti kami, dalam menyita dana kami, dalam memblokir hubungan keuangan kami. Dan kami harus menyesuaikan diri dengan situasi ini, karena ini kenyataan baru," paparnya.
Sebelumnya, Dmitry Medvedev, mantan Perdana Menteri dan Presiden Rusia, yang sekarang menjadi Wakil Ketua Dewan Keamanan Negara itu, pada pekan lalu, sempat memperingatkan bahwa Rusia dapat menggunakan senjata nuklirnya untuk melawan negara yang menggunakan senjata konvensional.
Medvedev mengatakan kepada Guardian bahwa doktrin nuklir Rusia tidak akan mengharuskan negara musuh untuk menembak terlebih dahulu.