WahanaNews.co | Duta Besar (Dubes) Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, memperingatkan, tindakan "sembrono" Ukraina mendorong dunia semakin dekat ke bencana nuklir besar.
Pernyataan itu diungkapkan kepada Dewan Keamanan PBB pada Kamis (11/8/2022).
Baca Juga:
China Ancam AS, Minta Segera Kurangi Senjata Nuklir
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporozhye di Ukraina selatan telah berada di bawah kendali pasukan Rusia sejak Februari, dan sejak itu beberapa kali ditembaki pasukan Kiev.
“Kami telah berulang kali memperingatkan rekan-rekan Barat kami bahwa, jika mereka gagal berbicara dengan akal sehat tentang rezim Kiev, mereka akan mengambil langkah paling keji dan sembrono, yang akan memiliki konsekuensi jauh melampaui Ukraina,” tegas Nebenzia memperingatkan, pada pertemuan yang berfokus pada masalah tersebut.
“Itulah tepatnya yang terjadi,” ujar dia, seraya menambahkan “sponsor” Barat Kiev harus memikul tanggung jawab atas potensi bencana nuklir.
Baca Juga:
Pertemuan Epik Prabowo-Putin: Langkah Besar Menuju Era Baru Nuklir
“Serangan kriminal Kiev terhadap fasilitas infrastruktur nuklir mendorong dunia ke ambang bencana nuklir yang akan menyaingi Chernobyl,” papar Nebenzia, dilansir RT.com.
Dia memperingatkan, “Jika pasukan Ukraina melanjutkan serangan mereka terhadap pembangkit listrik, bencana dapat terjadi setiap saat.”
Menurut utusan Rusia untuk PBB, bencana di pembangkit listrik Zaporozhye, yang terbesar di Eropa, dapat menyebabkan polusi radioaktif di sebagian besar wilayah, mempengaruhi setidaknya delapan wilayah Ukraina, termasuk ibukotanya, Kiev, kota-kota besar seperti Kharkov atau Odessa, dan beberapa wilayah Rusia dan Belarusia yang berbatasan dengan Ukraina.
“Republik Rakyat Luhansk dan Donetsk, serta Moldova, Rumania, dan Bulgaria kemungkinan akan menderita juga,” ungkap dia.
"Dan ini adalah perkiraan ahli yang paling optimis," ujar Nebenzia, menambahkan skala potensi bencana nuklir sebesar itu "sulit untuk dibayangkan."
PLTN Zaporozhye, yang terletak di kota Energodar, Ukraina yang dikuasai Rusia, telah menjadi sasaran serangkaian serangan selama beberapa pekan terakhir.
Moskow menuduh Kiev melancarkan serangan artileri dan pesawat tak berawak ke fasilitas itu, menyebut aksi ini sebagai "terorisme nuklir."
Kiev mengklaim Rusia adalah pihak yang menargetkan PLTN tersebut dalam dugaan plot untuk mendiskreditkan Ukraina saat menempatkan pasukannya di fasilitas tersebut.
Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa situasi di PLTN itu terkendali dan "belum ada bahaya langsung" terhadap keselamatannya.
Pada saat yang sama, dia menyebut laporan yang diterima agensinya dari Rusia dan Ukraina, isinya “bertentangan”.
Grossi mendesak kedua belah pihak memberikan akses IAEA ke fasilitas itu “sesegera mungkin.”
“Saya meminta kedua belah pihak bekerja sama … dan mengizinkan misi IAEA untuk dilanjutkan,” papar dia.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyerukan agar setiap kegiatan militer di sekitar pabrik dihentikan saat Dewan Keamanan mengadakan pertemuannya.
Sebelumnya, wakil juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Ivan Nechaev, mengatakan, Moskow mendukung inspeksi IAEA terhadap PLTN Zaporozhye.
“Fasilitas itu tidak boleh digunakan sebagai bagian dari operasi militer apa pun. Sebaliknya, kesepakatan mendesak diperlukan pada tingkat teknis tentang batas demiliterisasi yang aman untuk memastikan keamanan daerah itu,” ujar Sekjen PBB.
China juga mendesak semua "pihak yang berkepentingan" untuk duduk di meja perundingan dan "menemukan solusi" untuk masalah ini.
Sementara itu, Amerika Serikat telah menempatkan semua tanggung jawab pada Rusia.
AS melalui sekretaris untuk pengendalian senjata dan urusan keamanan internasional, Bonnie Jenkins, berpendapat Rusia menciptakan semua risiko yang sekarang terkait PLTN dengan menyerang Ukraina.
Dia menuntut Moskow menarik pasukannya.
Pada saat yang sama, dia juga mendukung seruan Guterres untuk zona demiliterisasi. [gun]