WAHANANEWS.CO, Jakarta - Gereja Inggris (Church of England) resmi mencatat tonggak bersejarah baru dengan menunjuk Dame Sarah Mullally sebagai Uskup Agung Canterbury ke-106, menggantikan posisi pemimpin tertinggi sebelumnya.
Pengumuman final penunjukan tersebut disampaikan pada Kamis (3/10/2025) waktu setempat dan langsung menjadi sorotan dunia internasional, khususnya di kalangan komunitas keagamaan global.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Sebut Program MBG Jadi Sorotan Dunia, Banyak Negara Ingin Tiru
Langkah ini menandai pertama kalinya dalam sejarah 1.400 tahun Gereja Inggris jabatan tertinggi itu diemban oleh seorang perempuan.
Sarah Mullally dijadwalkan akan dilantik secara resmi pada 25 Maret 2026 di Katedral Canterbury, setelah melalui proses konfirmasi pemilihan yang dijadwalkan berlangsung pada Januari mendatang.
Dalam pernyataan resmi Gereja Inggris, Sarah Mullally dikenal sebagai sosok yang visioner, rendah hati, dan berdedikasi tinggi terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Baca Juga:
Polda Papua Barat akan Menggelar FGD Bersama Tokoh dan Aktivis Perempuan se-Papua Barat Daya
Ia sebelumnya juga telah menorehkan sejarah ketika diangkat menjadi Uskup London pada 2018, menjadikannya salah satu tokoh perempuan paling berpengaruh dalam sejarah modern gereja tersebut.
Sebelum memutuskan menempuh jalur gerejawi, Sarah berkarier sebagai perawat spesialis kanker dan bahkan pernah menjabat sebagai Chief Nursing Officer termuda untuk Inggris di usia 37 tahun.
Dalam berbagai kesempatan, ia menegaskan bahwa profesinya sebagai perawat merupakan panggilan untuk melayani sesama.
Ia menyebut profesi tersebut sebagai bentuk nyata mencerminkan kasih Tuhan kepada sesama.
Pemilihan Sarah Mullally dilakukan oleh Crown Nominations Commission, lembaga yang terdiri atas perwakilan Gereja Inggris dan tokoh-tokoh Komuni Anglikan dari berbagai negara.
Keputusan tersebut dianggap mencerminkan semangat pembaruan dan inklusivitas dalam tubuh gereja tertua di Inggris itu.
Menurut laporan Vatikan News, jabatan Uskup Agung Canterbury memiliki posisi yang sangat penting dalam struktur Gereja Inggris.
Selain berperan sebagai Uskup Diosesan Keuskupan Canterbury, jabatan ini juga mencakup gelar ‘Primate of All England’ dan Metropolitan, serta dikenal sebagai primus inter pares pemimpin utama dalam Komuni Anglikan yang mencakup sekitar 85 juta umat di 165 negara.
Di tingkat nasional, Uskup Agung Canterbury juga menjadi bagian dari 26 anggota spiritual (‘Lord Spirituals’) yang duduk di Majelis Tinggi Parlemen Inggris (House of Lords), memberikan pandangan moral dan spiritual terhadap berbagai kebijakan negara.
Dalam pernyataannya usai pengumuman, Sarah Mullally menegaskan komitmennya untuk membangun gereja yang lebih terbuka, mendengarkan berbagai pandangan, dan menumbuhkan semangat solidaritas lintas keyakinan.
Ia menyatakan bahwa dirinya berkomitmen membangun gereja yang lebih terbuka dan mendengarkan perbedaan.
Ia berjanji untuk menumbuhkan kembali semangat injil, kasih, dan penyembuhan bagi seluruh jemaat.
Penunjukan Sarah Mullally bukan sekadar pencapaian individu, melainkan simbol dari perubahan besar dalam perjalanan panjang Gereja Inggris.
Keputusan ini diharapkan membuka babak baru bagi gereja untuk tampil lebih inklusif, adaptif terhadap zaman, serta menumbuhkan empati dan kepemimpinan yang berorientasi pada pelayanan kemanusiaan.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]