WahanaNews.co | Orang-orang Eropa saat ini menghadapi banyak kesulitan gara-gara mendukung Ukraina melawan invasi Rusia. Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO Jens Stoltenberg.
Namun demikian, dia bersikeras bahwa anggota blok militer pimpinan Amerika Serikat dan sekutunya harus meningkatkan upaya mereka untuk mendukung pasukan Ukraina.
Baca Juga:
Klaim NATO tentang Bantuan Militer Iran ke Rusia di Ukraina Tak Berdasar dan Bermotif Politik
Dalam komentarnya kepada surat kabar Jerman Welt an Sonntag pada hari Minggu (27/11/2022), Stoltenberg mengakui bahwa warga negara Barat terkena dampak negatif dari konflik di Ukraina.
“Meningkatnya tagihan makanan dan energi berarti masa-masa sulit bagi banyak rumah tangga di Eropa,” katanya.
"Bagaimanapun, mereka yang terkena dampak harus ingat bahwa rakyat Ukraina membayar dengan darah mereka setiap hari," ujarnya.
Baca Juga:
Terpilih Jadi Sekjen NATO, Ini Profil Perdana Menteri Belanda Mark Rutte
"Barat dapat memperkuat posisi Ukraina di meja perundingan jika kami memberikan dukungan militer kepada negara tersebut," imbuh bos NATO tersebut.
“Cara terbaik untuk mendukung perdamaian adalah dengan mendukung Ukraina,” katanya.
Dia memuji Jerman atas senjata yang dikirim ke Kiev, mengeklaim bahwa mereka menyelamatkan nyawa.
Menurut Stoltenberg, Rusia akan mencoba menggunakan musim dingin sebagai senjata melawan Ukraina.
Pernyataan itu menggemakan komentarnya baru-baru ini di mana dia memperingatkan bahwa bulan-bulan mendatang akan sulit bagi Kiev.
Rusia mulai menargetkan fasilitas energi Ukraina pada awal Oktober setelah menuduh Kiev menyerang infrastruktur kritisnya, termasuk Jembatan Crimea yang strategis.
Negara-negara Barat memberlakukan sanksi baru terhadap Rusia setelah Moskow melancarkan operasi militernya di Ukraina. Pembatasan menyebabkan meroketnya harga gas, sehingga memicu krisis energi yang berkembang di Uni Eropa.
Itu juga terjadi ketika blok tersebut mengumumkan rencana untuk melepaskan diri dari ketergantungan energi Rusia.
Namun, menurut juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, kebijakan itu akan menimbulkan konsekuensi yang sangat menyedihkan bagi Uni Eropa, dengan deindustrialisasi hingga 20 tahun ke depan.
Pada awal Oktober, dia juga mencatat bahwa dengan mengandalkan energi mahal dari AS, blok tersebut membuat ekonominya kurang kompetitif. [rna]