"Semenjak 1980, suhu dunia secara pelan namun pasti merambat naik. Sekarang sudah di atas 1 derajat centigrade dibanding 1880. Ini menyebabkan konsekuensi yang sudah kita lihat saat ini bagaimana kutub Utara dan kutub selatan mengalami dampak dari hangatnya bumi ini, terjadi pencairan es-es di sana," jelasnya.
Efek perubahan iklim juga tercermin dari cuaca yang makin sulit diprediksi hingga cuaca ekstrim yang makin sering terjadi di banyak negara belahan bumi baik timur, barat, utara maupun selatan.
Baca Juga:
BMKG Kalsel Intensifkan Edukasi Masyarakat Terkait Peningkatan Suhu Signifikan Lima Dekade Terakhir
"Ini pasti akan menimbulkan dampak yang luar biasa bagi masyarakat terutama di negara maju," lanjut Sri Mulyani.
Bendahara negara ini menyebut dampak yang ditimbulkan dari perubahan iklim seperti hilangnya sumber pendapatan, kekurangan makanan dan air secara global, peningkatan penyakit, hingga kemiskinan.
Oleh sebab itu, perlu upaya untuk memitigasinya sejak dini.
Baca Juga:
Buka Indonesia International Sustainability Forum 2024, Presiden Jokowi Sampaikan Strategi Penanganan Perubahan Iklim
Salah satunya melalui kerja sama global untuk mengurangi energi yang menghasilan emisi karbon.
Indonesia sendiri telah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon menjadi 29% secara mandiri dan 41% dengan bantuan negara lain di 2030 sesuai Paris Agreement dalam Nationally Determined Contributions (NDCs).
"Ini bukan pilihan, tapi kita harus berusaha menjaga kelestarian bumi kita yang berpenduduk 7 miliar manusia ini," kata dia. [dhn]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.