WahanaNews.co, Jakarta - Jensen Huang, selebriti teknologi yang memimpin sebuah konglomerat raksasa, menjadi pusat perhatian karena lonjakan terus-menerus dalam nilai kekayaannya.
Meskipun kini diakui sebagai salah satu orang terkaya di dunia, Huang tetap menunjukkan penuh penghargaan terhadap orang tuanya dan menjalani kehidupan dengan sederhana.
Baca Juga:
Bakamla RI dan VCG Perkuat Kerjasama Lewat Latihan SAR serta Olahraga Persahabatan
Harta kekayaan Jensen Huang terus berkembang, dan Forbes (2024) mencatatnya berada di peringkat ke-21 dalam daftar orang terkaya di dunia dengan total kekayaan mencapai US$ 70,4 miliar atau sekitar Rp1.100 triliun. Ini merupakan lonjakan signifikan dari peringkat sebelumnya di urutan ke-37 dunia.
Prestasi ini tak lepas dari kesuksesan perusahaan semikonduktor Nvidia yang Huang dirintis sejak tahun 1993.
Saat ini, Nvidia memainkan peran kunci dalam perkembangan berbagai teknologi modern, termasuk menjadi penyedia chip untuk sektor kecerdasan buatan, metaverse, dan kendaraan otonom.
Baca Juga:
Terjangan Topan Super Yagi di Vietnam, 6 Orang Tewas akibat Tanah Longsor
Perjalanan panjang yang ditempuh Jensen Huang untuk mencapai kesuksesannya tidaklah mudah.
Namun, hal yang menarik adalah kisah hidupnya yang masih kurang dikenal oleh banyak orang, khususnya mengenai hubungannya dengan orang tua dan gaya hidup sederhananya.
Sukses berkat ibu
Melansir CNBC Indonesia, Huang lahir di Taiwan pada 1963. Namun, akibat situasi tahun 1970-an di Asia Tenggara tidak kondusif, dia saat usia 9 tahun diajak keluarga pindah ke Amerika Serikat.
Ketika di AS, Huang masih minim pengetahuan bahasa Inggris. Beruntung, dia punya seorang ibu yang mau mengajarkan bahasa Inggris dari hari ke hari.
"Ibu mengajari bahasa Inggris untuk mempersiapkan kami (red, Huang dan kakaknya), meski ibu juga gak begitu jago. Setiap hari dia memberi 10 kata dalam bahasa Inggris, untuk dipelajari arti dan pelafalannya," kata Huang.
Berkat cara ini, Huang pun bisa lancar berkomunikasi, sekalipun tak membuat dirinya bebas dari perundungan teman.
Kepada New Yorker, Huang bilang saat itu memang dia target bully karena berasal dari Asia, keturunan China, dan belum fasih berbahasa Inggris.
Meski begitu, dia tetap menjalani hari dan bisa mengembangkan ketertarikannya di dunia teknologi. Selama di AS dia tercatat pernah kuliah di Oregon State University jurusan elektro.
Setelah lulus, dia langsung bekerja di perusahaan Advanced Micro Devices, selama bertahun-tahun. Barulah setelahnya dia mendirikan perusahaan chip Nvidia pada 1993 hingga sukses seperti sekarang.
Di titik kesuksesan ini, Huang mengungkap rasa terima kasih tak terhingga ke orang tua.
"Saya adalah produk dari mimpi dan aspirasi kedua orang tua," kata Huang.
Menyukai Kesederhanaan
Meskipun telah mencapai kesuksesan, Huang tetap mempertahankan sifat rendah hati. Dia tidak suka memamerkan kekayaannya dan seringkali terlihat makan di warung atau kaki lima di pinggir jalan.
Pada bulan Desember 2023, Huang terlihat mengunjungi warung kaki lima di Hanoi, Vietnam. Dilansir dari Yahoo News, dia datang dengan berpakaian santai, mengenakan kaos dan jeans berwarna hitam.
Begitu tiba di sana, Huang menikmati hidangan lokal, termasuk bekicot dan kopi telur, meskipun makanan ini dianggap menjijikkan oleh sebagian orang.
Yang menarik, kunjungan ke kaki lima ini adalah inisiatif dari Huang sendiri. Dia menolak makan malam di hotel mewah yang sebelumnya telah dipesan oleh rombongan.
"Huang mengabaikan undangan untuk pesta makan malam di hotel dan restoran bergengsi. Dia lebih memilih merasakan cita rasa unik dari makanan kaki lima," ujar Hoang Anh Tuan, seorang diplomat yang menemani Jensen selama kunjungannya di Vietnam.
Tentu saja, kebiasaan seperti ini menjadi suatu anomali, mengingat mayoritas orang yang mencapai kesuksesan seperti Huang cenderung tidak lagi melibatkan diri dalam kegiatan semacam itu.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]