WahanaNews.co | Rencana Rusia menaklukkan Ukraina setelah 48 jam invasi gagal. Presiden Vladimir Putin dinilai telah dipermalukan oleh perlawanan sengit pasukan Kiev.
Menurut sumber pertahanan Inggris dan Ukraina, Putin yakin dia bisa merebut ibu kota nasional; Kiev, dan empat kota besar lainnya dalam waktu 48 jam setelah meluncurkan invasi pada Kamis lalu.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Menurut laporan The Times, Senin (28/2/2022), Putin merasa yakin bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky akan menyerah dan menandatangani kekalahan Ukraina dengan cepat.
Sayangnya bagi Putin, pasukan Rusia menghadapi perlawanan sengit dari pasukan militer dan warga sipil Ukraina.
Diplomat Ukraina Dymytro Tetriakov, sekretaris pertama di Kedutaan Kiev di London, mengatakan kepada The Times bahwa invasi Rusia tidak berjalan sesuai rencana. "Karena Ukraina adalah tanah kami, keluarga kami, rumah kami," ujarnya.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Dia menambahkan bahwa rakyat dan militer Ukraina, dengan dukungan dari sekutu mereka di seluruh dunia, tidak takut.
Pasukan Ukraina sejauh ini melampaui harapan dengan mencegah Rusia mendapatkan kendali atas wilayah udara mereka.
Mereka juga meledakkan tank, kendaraan lapis baja, dan menjatuhkan rudal jelajah yang dikirim dari Rusia dengan pasukan yang relatif kecil.
Ukraina hanya memiliki 196.600 tentara melawan 900.000 tentara Rusia. Namun, sejauh ini pasukan Kiev telah memperlambat laju pasukan penyerang.
The Economist melaporkan Rusia telah menderita banyak korban saat invasi memasuki hari keempat. Menurut laporan tersebut, Moskow bahkan memiliki lebih banyak korban di pihak pasukannya dalam 24 jam daripada dalam delapan tahun pertempuran di Suriah.
Kendati demikian, klaim Ukraina dan laporan media Barat itu belum bisa diverifikasi secara independen. Kremlin belum mengakui adanya korban jiwa yang banyak di pihaknya atau mengalami masalah dengan invasinya.
Beberapa laporan mengeklaim bahwa tentara Rusia sekarang menolak untuk berperang.
Taras Kuzio, seorang peneliti di Henry Jackson Society, mengatakan: "Ukrainian News Channel 24: 5.000 tentara Rusia di daerah staging di Rusia, Kharkiv Utara, telah memberontak dan menolak untuk menyerang Ukraina."
Kuzio juga mengeklaim bahwa laporan dari garis depan dekat Crimea menunjukkanseparuh tentara Rusia telah menyerahkan peralatan mereka ke Ukraina, sekali lagi menolak untuk berperang.
Ada juga laporan tentang kemarahan yang meluas terhadap Putin di Rusia atas invasi tersebut, di mana banyak orang Rusia protes di Moskow sementara beberapa pegawai pemerintah telah mengundurkan diri sebagai respons.
Laporan itu muncul ketika tentara Rusia pada hari Minggu maju ke pusat kota Kharkiv, tetapi didorong kembali oleh pasukan lokal.
Oleh Synyehubov, Gubernur Kharkiv Oblast, mengatakan bahwa para tentara Rusia telah ditahan oleh tentara Ukraina.
"Tentara Rusia, yang ditawan, berbicara tentang pemerasan total dan demoralisasi, mereka tidak ada hubungannya dengan komando pusat, tidak mengerti dan tidak tahu tindakan mereka selanjutnya," katanya.
"Sejak awal serangan ke Ukraina, mereka tidak menerima makanan dan air, teknologi tidak memiliki pasokan bahan bakar," imbuh dia. [rin]