Di kantornya di rumah sakit anak terbesar di Sri Lanka, Lady Ridgeway, direktur medis Dr Wijesuriya menunjukkan daftar obat-obatan esensial. Di sebelah nama obat, ada kolom yang menunjukkan ketersediaan.
Beberapa seperti atracurium yang digunakan untuk anestesi hanya memiliki stok tersisa dua bulan. Tetapi ketika saya memindai daftar itu lebih jauh, persediaan obat-obatan lain bahkan lebih sedikit.
Baca Juga:
Presiden Jokowi dan Presiden Wickremesinghe Bahas Peningkatan Kerja Sama Indonesia-Sri Lanka
Stok obat penghilang rasa sakit fentanyl hanya tinggal dua minggu lagi, sementara tiga jenis antibiotik sudah habis.
Untuk saat ini Dr Wijesuriya mengatakan dia mengelola kekurangan obat itu dengan sejumlah pengganti. Dia tetap optimistis bahwa pemerintah akan menemukan cara untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan pasien-pasiennya.
Namun para dokter di garis depan jauh dari perasaan optimistis. Banyak yang mengaku mereka telah diberitahu oleh pemerintah bahwa mereka tidak dapat berbicara secara terbuka kepada media tentang situasi terkini, hanya perwakilan serikat pekerja dan direktur rumah sakit yang berwenang untuk berbicara.
Baca Juga:
Bakamla RI Terima Kunjungan Kehormatan DSCSC Sri Lanka
Dalam sebuah pernyataan, pemerintah Sri Lanka pada awalnya membantah bahwa obat-obatan sudah habis, bahkan ketika para dokter sudah melaporkan masalah tersebut.
Sehari kemudian Departemen Penerangan Pemerintah mengeluarkan koreksi, mengakui ada kekurangan beberapa obat dan peralatan medis.
Sejumlah dokumen yang dilihat oleh BBC, wawancara-wawancara dengan serikat medis dan kesaksian dari para dokter garis depan mengungkapkan bahwa rumah sakit di seluruh negeri sangat membutuhkan berbagai obat dan peralatan yang menyelamatkan jiwa pasien.