WahanaNews.co | Pilot Yeti Airlines ATR 75 dikabarkan tak menyampaikan sinyal bahaya sebelum pesawat yang ia terbangkan mengalami kecelakaan di Nepal, Minggu (15/1) lalu.
Juru bicara Yeti Airlines, Anup Joshi, mengatakan tak ada laporan masalah saat pesawat itu terbang.
Baca Juga:
Duta Besar RI Untuk Bangladesh Tinjau Latihan MPE 24 Shanty Prayas IV
"Perbukitan jelas dan penglihatan bagus, [ada angin sepoi-sepoi] dan tak ada masalah cuaca," ujar Joshi, seperti dikutip Saudi Gazette, Senin (16/1).
Menurut Joshi, laporan yang masuk hanya pilot meminta mengubah area pendaratan dari landasan pacu tiga ke landasan pacu satu di bandara Pokhara.
"Kami bisa mengoperasikan dari kedua landasan pacu. Pesawat dinyatakan dapat mendarat," ujar jubir itu.
Baca Juga:
Ini 5 Negara Tidak Pernah Dijajah, Ada Tetangga Indonesia
Joshi juga mengatakan kecelakaan terjadi 15 hari setelah bandara Pokhara baru saja dibuka untuk bisnis.
"Sangat disayangkan," ucap dia, dikutip dari CNN Indonesia.
Penerbangan Yeti Airlines yang membawa 72 orang itu mengalami kecelakaan pada Minggu.
Pesawat Yeti Airlines mulanya terbang dari Kathmandu menuju Pokhara. Di tengah perjalanan, pesawat menabrak tebing jurang yang terletak di antara bandara lokal Pokhara dan bandara internasional baru.
Tak lama setelah berita kecelakaan itu muncul, pasukan Angkatan Darat Nepal dan berbagai departemen kepolisian dikerahkan ke lokasi.
Di tengah pencarian korban, tim telah menemukan kotak hitam Yeti Airlines pada Senin.
Hingga kini, setidaknya 70 jasad juga sudah ditemukan.
Menurut pejabat bandara, 48 jenazah dibawa ke Ibu Kota Nepal, Kathmandu. Beberapa dikirim ke rumah sakit, sementara 22 lainnya diserahkan ke keluarga.
Dengan jumlah korban begitu tinggi, kecelakaan pesawat ini menjadi yang terparah dalam 30 tahun terakhir. [rna]