Ia menilai kampanye misinformasi yang dilakukan Rusia semakin efektif sejak negara itu mencaplok Semenanjung Crimea dari Ukraina delapan tahun lalu.
Selain itu, Dzhaparova menuturkan Kremlin terus menggunakan media sosial, olahragawan, dan musisi populer untuk menyebarkan informasi versi mereka ke dunia.
Baca Juga:
Lithuania Bikin Rusia Emosi, Perang Dunia Kian Dekat
"Rusia sangat inventif di bidang ini," katanya.
"Senjata terbaik adalah kebenaran. Namun ada jutaan warga Rusia yang memilih tidak ingin percaya. Saat Anda menunjukkan fakta, itu saja tidak cukup," tutur Dzhaparova lagi.
Dalam mengatasi masalah tersebut, mantan eksekutif Facebook, Elizabeth Joanna Linder, menilai perusahaan teknologi besar kini berupaya menangkal misinformasi di negara lain, menurunkan lebih banyak konten, dan mengurangi dampak algoritma dalam mengelola konten.
Baca Juga:
PBB Desak Rusia Akhiri Perang di Ukraina
Namun, Linder mengatakan bahwa lebih banyak hal yang masih perlu dilakukan.
Sementara itu, pengamat perilaku di RAND Corporation, Todd Helmus, menilai invasi Rusia saat ini mendapatkan perhatian dari kelompok sayap kanan di Amerika Serikat dan Eropa.
"Sisi kanan terjauh Amerika menggemakan pesan Rusia, dan Kremlin menggemakan [pandangan] sisi kanan terjauh Amerika," kata Helmus.