WahanaNews.co | Militer Korea Utara (Korut) mengalami kemajuan yang signifikan dalam membangun kekuatan tempurnya.
Negara ini kini tengah fokus mengembangkan rudal jelajah yang bisa ditembakan dari Korea Utara hingga jauh.
Baca Juga:
Militer Korea Selatan Siarkan K-Pop dan Berita untuk Serangan Psikologis
Bahkan, uji coba terakhir, rudal balistik tersbut tepat mengenai sasaran di laut wilayah teritori Jepang.
Kemajuan rudal ini disebut bisa mencapai 6.200 Km.
Untuk diketahui, jarak antara Korea Utara dengan Pulau Sumatera 5.263 km, jarak dengan Pulau Kalimantan 4.567 km, dan jarak dengan Pulau Jawa 5.600 km.
Baca Juga:
Waspadai Pencurian Tinja, Pemimpin Korut Bawa Toilet Kemanapun Pergi
Artinya, rudal itu bisa menjangkau wilayah-wilayah penting di Indonesia.
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, langsung mengawasi uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) tipe baru untuk meningkatkan penangkal nuklirnya terhadap "imperialis" AS.
Peluncuran pada Kamis (24/3/2022) adalah pertama kalinya Korea Utara menembakkan rudal paling kuat sejak 2017, dan dengan terbang lebih tinggi dan lebih jauh dari ICBM sebelumnya yang Pyongyang uji.
Peluncuran rudal balistik antarbenua tipe baru, Hwasong-17, di bawah "panduan langsung" Kim Jong-un, KCNA melaporkan, seperti dilansir Channel News Asia.
Hwasong-17 adalah ICBM raksasa yang pertama kali tampil di publik pada Oktober 2020 dan mendapat julukan "rudal monster" dari para analis.
Rudal balistik antarbenua itu belum pernah berhasil menjalani uji coba tembak, dan peluncuran itu memicu kemarahan langsung dari negara tetangga Korea Utara dan Amerika Serikat.
KCNA merilis foto-foto Kim, mengenakan jaket kulit hitam dan kacamata hitam, berjalan melintasi landasan di depan sebuah rudal besar yang dibawa dengan kendaraan pengangkut 11-poros.
“Rudal itu, diluncurkan di Bandara Internasional Pyongyang, melakukan perjalanan hingga ketinggian maksimum 6.248,5 km dan terbang sejauh 1.090 km selama 4.052 detik sebelum secara akurat mengenai area yang telah ditentukan sebelumnya di perairan terbuka di Laut Jepang," kata KCNA.
Militer Korea Selatan memperkirakan jarak peluncuran pada Kamis adalah 6.200 km, lebih jauh dari ICBM terakhir, Hwasong-15, yang Korea Utara uji coba pada Oktober 2017.
Rudal itu mendarat di perairan teritorial Jepang, memicu kemarahan dari Tokyo.
Tetapi, KCNA menyebutkan, peluncuran itu "dalam mode vertikal dengan mempertimbangkan keamanan negara-negara tetangga".
Korea Utara berada di bawah sanksi internasional untuk program senjatanya.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadakan pertemuan darurat mengenai peluncuran itu pada Jumat (25/3/2022).
Korea Selatan, AS, dan Sekjen PBB Antonio Guterres mengecam peluncuran itu sebagai "pelanggaran nyata" terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB.
Sementara Jepang mengatakan, itu mengancam "perdamaian dan keamanan" di kawasan.
Peluncuran Kamis, salah satu dari hampir selusin uji coba senjata Korea Utara sepanjang tahun ini, menandai kembalinya uji coba rudal jarak jauh yang dramatis oleh negara bersenjata nuklir itu.
Sepenuhnya siap untuk konfrontasi jangka panjang.
Kim menyatakan, senjata baru itu akan "secara kredit menjalankan misi dan tugasnya sebagai pencegah perang nuklir yang kuat", menurut KCNA.
"Pemimpin Kim mengatakan dengan bangga, kemunculan senjata strategis baru DPRK akan membuat seluruh dunia dengan jelas menyadari kekuatan angkatan bersenjata strategis kita sekali lagi," sebut KCNA.
KCNA mengatakan, uji tembak Hwasong-17 yang berhasil berarti Korea Utara siap untuk konfrontasi jangka panjang dengan Amerika Serikat.
Kim mengungkapkan, Korea Utara sekarang memiliki "kemampuan militer dan teknis yang tangguh yang tidak terganggu oleh ancaman dan pemerasan militer apa pun" dan akan "sepenuhnya siap untuk konfrontasi jangka panjang dengan imperialis AS".
Uji coba nuklir dan rudal jarak jauh telah Korea Utara hentikan sejak Kim bertemu dengan Presiden AS saat itu Donald Trump untuk pertarungan diplomasi yang gagal, yang runtuh pada 2019.
Tetapi, Korea Utara mengancam awal tahun ini, mereka bisa meninggalkan moratorium yang diberlakukan sendiri pada pengujian semacam itu.
AS dan Korea Selatan telah memperingatkan bulan ini, Pyongyang sedang bersiap untuk meluncurkan ICBM dalam jangkauan penuh.
Korea Utara telah lama mendambakan sebuah ICBM yang bisa membawa banyak hulu ledak.
Sedang Seoul dan Washington mengatakan, Pyongyang telah menguji Hwasong-17 dengan kedok pengembangan "satelit pengintai".
Pekan lalu, tes yang kemungkinan Hwasong-17 berakhir dengan kegagalan, meledak di langit di atas ibu kota Korea Utara tak lama setelah peluncuran.
KCNA menambahkan, peluncuran Kamis yang sukses "dengan jelas membuktikan semua parameter sistem senjata benar-benar memenuhi persyaratan desain" dan "operasi cepat" sekarang bisa dijamin bahkan "di bawah lingkungan dan kondisi masa perang". [gun]