WahanaNews.co | Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) mengajak masyarakat untuk menggunakan obat secara aman dengan memperhatikan label dan penyimpanannya.
"Menggunakan obat secara sesuai dan tidak melebihi aturan pakai, membaca dengan seksama peringatan dalam kemasan, dan menghindari penggunaan sisa obat sirup yang sudah terbuka dan disimpan lama," demikian keterangan tertulis dalam rilis resmi BPOM, seperti dilansir detikcom, Rabu (19/10/2022).
Baca Juga:
Polda Sulsel Tetapkan Tiga Tersangka Peredaran Kosmetik Berbahaya di Makassar
Apabila gejala tidak berkurang setelah 3 (tiga) hari penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas pada upaya sendiri (swamedikasi), BPOM RI menyarankan melakukan konsultasi kepada dokter, apoteker, atau tenaga kesehatan lainnya.
Selain itu, masyarakat diharapkan melaporkan secara lengkap obat yang digunakan pada swamedikasi kepada tenaga kesehatan.
"Melaporkan efek samping obat kepada tenaga kesehatan terdekat atau melalui aplikasi layanan BPOM Mobile dan e-MESO Mobile," terang BPOM.
Baca Juga:
Awas! 6 Produk Kosmetik Sulsel Terbukti Mengandung Merkuri
BPOM juga mengimbau masyarakat agar lebih waspada dan menggunakan produk obat yang terdaftar di BPOM yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kefarmasian atau sumber resmi.
"Serta selalu ingat Cek KLIK (Cek Kemasan, Label, Izin Edar, dan Kedaluwarsa) sebelum membeli atau menggunakan obat," demikian bunyi imbauannya untuk masyarakat.
Munculnya laporan 206 anak mengalami gagal ginjal akut belakangan memicu kekhawatiran kaitan dengan penggunaan obat tertentu. Hal ini berkaca pada kasus di Gambia, yakni empat obat batuk diyakini menyebabkan 70 anak gagal ginjal akut hingga meninggal.
Pemerintah belum bisa memastikan penyebab di balik lebih dari 200 anak terkena gagal ginjal akut dan 99 di antaranya meninggal dunia. Penelitian terkait gagal ginjal baru akan dirilis pekan depan.
Kondisi yang Perlu Diwaspadai
Dalam kesempatan lainnya, Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim B Yanuarso, SpA(K) menjelaskan gejala gangguan ginjal akut misterius yang harus diwaspadai yakni perubahan volume dan frekuensi buang air kecil. Juga pada beberapa pasien, buang air kecil berhenti sama sekali.
"Kasus ini (gangguan ginjal akut misterius) rapid progressive. Jadi sangat cepat perburukannya, sangat cepat sekali," ujarnya dalam siaran langsung Instagram Ikatan Dokter Indonesia (IDI) (@ikatandokterindonesia), Selasa (18/10).
"Yang tadinya batuk-pilek saja atau ada mual, muntah, diare, kemudian yang khas adalah demam juga. Kemudian kencing atau berkurang kencingnya, (jadi) rapid progressive. Kemudian kalau kita cek laboratoriumnya, terjadi peningkatan kadar ureum dan kreatininnya," imbuhnya.
Sekaligus dr Piprim mengimbau masyarakat untuk tidak panik jika menemukan kondisi serupa pada anak-anak.
"Kencing itu 1 ml atau 1 cc per kilogram berat badan per jam. Jadi kalau anak umur setahun (berat badannya) 10 kilogram, dalam 24 jam itu 240 cc. Jadi kira-kira satu gelas air mineral, itu kencingnya 24 jam segitu. Kencingnya anak umur setahun nggak banyak-banyak banget kan. Tapi kebiasaan kencing yang seperti biasanya, kita juga perhatikan," jelasnya.
"Kalau anaknya sudah pampersnya kering terus ya dilihat juga. Tapi jangan juga sampai paranoid membanjiri rumah sakit ramai-ramai. Jadi istilahnya kita waspada dan jangan lupa berdoa," pungkas dr Piprim. [JP]