WAHANANEWS.CO, Jakarta - Pemberian vaksin Human Papillomavirus (HPV) semakin digencarkan kepada remaja, baik perempuan maupun laki-laki, sebagai langkah pencegahan terhadap kanker serviks.
Namun, masih ada stigma keliru di tengah masyarakat yang mengaitkan vaksin ini dengan dorongan terhadap perilaku seks bebas.
Baca Juga:
Kasus HIV pada Remaja Meningkat, Puan: Edukasi Seks dan Perlindungan Harus Jadi Prioritas
Menanggapi hal tersebut, Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) menepis anggapan tersebut dan menegaskan bahwa informasi tersebut tidak berdasar.
Fokus utama vaksin HPV adalah melindungi kesehatan reproduksi dari risiko kanker serviks.
Saat ini, vaksin HPV diakui sebagai salah satu cara paling efektif dalam upaya mencegah kanker serviks.
Baca Juga:
Kemenkes Ajak Perempuan Segera Vaksinasi HPV untuk Cegah Kanker Serviks
Meskipun begitu, sejumlah mitos terus beredar, termasuk kekhawatiran bahwa pemberian vaksin dapat mendorong remaja untuk menjadi lebih aktif secara seksual.
“Vaksin HPV tidak ada kaitannya dengan mendorong perilaku seksual bebas. Sebaliknya, vaksin ini justru memberikan perlindungan bagi mereka yang nantinya akan aktif secara seksual,” kata Ketua POGI, dr. Yudi Mulyana Hidayat, dalam keterangannya, Selasa (01/07/2025).
Vaksin ini direkomendasikan diberikan sebelum individu mulai aktif secara seksual, sebab efektivitasnya jauh lebih optimal jika diberikan di usia muda.
Menurut Yudi, tubuh remaja lebih mampu membentuk antibodi secara maksimal pada usia tersebut.
Dengan pemberian vaksin sejak dini, remaja bisa terlindungi dari infeksi HPV sebelum terpapar, sehingga risiko kanker serviks dapat ditekan secara signifikan.
Para ahli juga menegaskan, tidak ada korelasi antara vaksin HPV dan peningkatan aktivitas seksual.
“Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung bahwa vaksin ini mendorong perilaku seksual bebas. Sebaliknya, vaksin ini melindungi mereka yang aktif secara seksual di kemudian hari, agar tidak terpapar virus HPV yang berbahaya,” ujarnya.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]