WahanaNews.co | Para remaja putri di Ibu Kota diimbau untuk menjaga kesehatan, khususnya mencegah kekurangan darah (anemia) guna menghindari anak lahir dengan kondisi stunting (tengkes).
"Mencegah stunting itu dimulai dari calon ibu, bahkan dari remaja putri, jangan sampai anemia," ujar ahli gizi Gita Kartika Ramadhani di Jakarta, Jumat (16/12/2022).
Baca Juga:
Pemerintah Kota Semarang Raih Penghargaan Terbaik I Penanganan Stunting di Jawa Tengah
Gita menyebutkan, bagi remaja putri yang menderita anemia, Puskesmas memiliki program, yaitu tablet tambah darah guna membantu mengatasi anemia.
Pentingnya kesehatan remaja putri, menurut Gita, akan berpengaruh kepada bayi yang dikandungnya nanti agar tidak mengalami tengkes.
Gita juga mengimbau para wanita untuk melakukan skrining (penapisan) sebelum menikah untuk mengetahui apakah dirinya mengalami anemia atau tidak. Ini dilakukan melalui uji laboratorium guna menghindari hamil dengan anemia.
Baca Juga:
Bele Mo'o Sehati: Strategi Dinkes Gorontalo Tangani Stunting dengan One Stop Service
"Anemia menjadi kasus yang banyak ditemukan melalui skrining di Puskesmas, terjadi pada perempuan dengan usia menjelang dua puluh hingga dua puluhan tahun ke atas," ujar Gita yang bertugas di Puskesmas Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan (Jaksel).
Selain anemia, lanjutnya, yang menjadi alasan awal terjadinya tengkes, kekurangan gizi pada calon ibu juga dapat berpengaruh.
Setelah ibu melahirkan, hal berikut yang harus menjadi perhatian adalah bagaimana anak mendapat asupan gizi sesuai dengan usia perkembangannya.
Menurut Gita, usia nol sampai enam bulan, bayi diberi ASI eksklusif, namun setelah menginjak usia enam bulan, bayi sebaiknya diperkenalkan dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI).
"Karena ASI hanya mencukupi tujuh puluh persen energi bayi, sisa tiga puluh persen dipenuhi lewat makanan," pungkasnya.[mga]