WAHANANEWS.CO, Jakarta - Gorengan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kuliner Indonesia. Teksturnya yang renyah, rasanya yang gurih, serta harganya yang terjangkau menjadikannya favorit banyak orang, terutama saat bulan Ramadan.
Hidangan ini selalu menjadi incaran utama untuk berbuka puasa.
Baca Juga:
Pembunuh Gadis Penjual Gorengan di Pariaman Masih Berkeliaran, Warga Pariaman Resah
Dari Sabang hingga Merauke, gorengan hadir dalam berbagai bentuk dan varian, mulai dari tahu isi, bakwan, tempe mendoan, hingga pisang goreng.
Jajanan ini bukan sekadar camilan, tetapi juga memiliki tempat khusus dalam budaya kuliner masyarakat Indonesia.
Selain menjadi menu buka puasa, gorengan juga sering disantap di pagi hari sebagai teman minum teh atau kopi, serta di sore hari sebagai camilan pendamping obrolan santai bersama keluarga dan sahabat.
Baca Juga:
Video Narkoba Beredar Lewat Gorengan Viral di Medsos, Polisi: Hoaks
Bahkan dalam berbagai acara, seperti hajatan hingga rapat kantor, gorengan hampir selalu hadir sebagai hidangan pelengkap.
Daerah dengan Konsumsi Gorengan Tertinggi Sepanjang 2024
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Kabupaten Batang tercatat sebagai wilayah dengan konsumsi gorengan tertinggi, rata-rata mencapai 5,68 gorengan per minggu per kapita.
Disusul oleh Indramayu dengan rata-rata 5,20 gorengan per minggu. Berikut daftar lengkapnya:
1. Batang (5,69%)
2. Indramayu (5,20%)
3. Kota Pekalongan (5,11%)
4. Pemalang (5,01%)
5. Pekalongan (4,95%)
6. Majalengka (4,94%)
7. Nagan Raya (4,92%)
8. Bener Meriah (4,84%)
9. Padang Lawas (4,84%)
10. Brebes (4,62%)
Konsumsi Gorengan yang Perlu Dibatasi
Meski digemari banyak orang, konsumsi gorengan tetap perlu dikontrol agar tidak berlebihan.
Minyak yang digunakan dalam proses penggorengan, terutama jika dipakai berulang kali, dapat menghasilkan lemak trans yang berbahaya bagi tubuh.
Lemak ini berkontribusi pada peningkatan kadar kolesterol jahat (LDL) dan penurunan kolesterol baik (HDL), yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
Selain itu, gorengan juga mengandung kalori tinggi yang dapat memicu obesitas jika dikonsumsi tanpa batasan.
Kandungan minyak berlebih dalam makanan ini dapat memperlambat sistem pencernaan dan menyebabkan gangguan seperti asam lambung naik serta perut terasa tidak nyaman.
Sebagai catatan, penyakit jantung pada 2024 diperkirakan menimbulkan beban ekonomi hingga Rp 67,34 triliun.
Angka ini mencakup proyeksi total klaim BPJS Kesehatan untuk penyakit jantung sebesar Rp 38,96 triliun serta estimasi hilangnya produktivitas warga akibat perawatan medis senilai Rp 28,38 triliun.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]