WahanaNews.co | Alasan tiap orang melakukan operasi plastik mungkin berbeda, salah satunya bisa jadi untuk kesehatan dan kecantikan. Namun, sama seperti prosedur medis lainnya, operasi plastik dapat mengakibatkan efek samping dan komplikasi.
Penting mengetahui apa saja bahaya operasi plastik sebelum Anda memutuskan untuk menjalaninya.
Baca Juga:
Usut Kontes Kecantikan Transgender di Jakarta Pusat, Polisi Akan Periksa Penyelenggara
Berbagai efek samping operasi plastik
Efek samping operasi plastik yang paling umum adalah wajah membengkak, kemerahan, atau rasa nyeri setelah selesai prosedur.
Selain risiko ini, ada kemungkinan efek samping dari anestesi, tapi akan mereda sendiri seiring waktu.
Baca Juga:
Aqua+ Series Indonesia Berikan Tips Langkah Dini Cegah Penuaan Dini
Berikut beberapa efek samping serta komplikasi operasi plastik lainnya yang mungkin terjadi.
1. Hasil yang tidak sesuai
Ketakutan terbesar orang yang menjalani operasi plastik, terutama jenis operasi plastik wajah, adalah hasil yang tidak sesuai keinginan.
Bukannya mendapatkan wajah yang selama ini diimpikan, Anda bisa makin tidak menyukai bentuk wajah Anda.
Hasil yang tidak sesuai juga bisa terjadi pada operasi payudara, misalnya payudara menjadi tidak simetris.
2. Bekas luka
Jaringan parut merupakan bekas luka yang tebal, menonjol, dan sulit hilang, salah satu jenisnya adalah keloid.
Jaringan ini bisa muncul selama proses penyembuhan luka operasi plastik. Namun, kemunculannya tidak selalu dapat diprediksi.
Biasanya sayatan operasi plastik yang mengakibatkan kerusakan kulit serius bisa menimbulkan jaringan parut.
Menurut sebuah riset dalam Archives of plastic surgery (2017) risiko munculnya keloid pasca-operasi plastik pengencangan perut sebesar 1 – 3,7 persen.
3. Kerusakan saraf atau mati rasa
Dalam beberapa kasus, saraf dapat rusak atau terputus selama prosedur operasi plastik.
Ketika terjadi kerusakan saraf di wajah, Anda tidak bisa berekspresi dengan normal atau mengalami kelopak mata atas turun (ptosis).
Mati rasa dan kesemutan juga umum terjadi setelah operasi plastik, sekaligus bisa menjadi tanda kerusakan saraf.
Gangguan pada saraf umumnya bersifat sementara, tetapi dalam beberapa kasus bisa menjadi kerusakan saraf permanen.
4. Infeksi
Risiko infeksi luka operasi dapat dipicu oleh bakteri yang masuk saat atau setelah proses operasi. Namun, peluang infeksi luka operasi termasuk kecil.
Selulitis infeksi kulit dapat terjadi setelah operasi plastik. Dalam beberapa kasus, infeksi bisa bersifat internal dan parah, bahkan membutuhkan antibiotik intravena.
5. Hematoma
Hematoma adalah penggumpalan darah di luar pembuluh darah. Efek samping operasi plastik ini membuat area yang dioperasi bengkak dan memar.
Dalam beberapa kasus, hematoma bisa cukup besar untuk menyebabkan rasa sakit dan bahkan menghambat aliran darah yang melalui area terdampak.
6. Trombosis vena dalam dan emboli paru
Trombosis vena dalam adalah suatu kondisi di mana gumpalan darah terbentuk di pembuluh darah dalam, biasanya di kaki.
Saat gumpalan ini pecah dan berpindah ke paru-paru, kondisi ini dapat menjadi pulmonary embolism.
Komplikasi operasi plastik ini relatif jarang terjadi. Namun, penggumpalan darah bisa berakibat fatal.
Riset dari dalam Aesthetic surgery journal (2017) menyebutkan efek samping ini hanya mempengaruhi 0,09% dari semua pasien yang menjalani operasi plastik.
Selain itu, prosedur operasi plastik perut lebih berisiko menyebabkan trombosis vena dan emboli paru.
7. Seroma
Seroma adalah suatu kondisi yang terjadi ketika serum atau cairan tubuh steril menggenang di bawah permukaan kulit.
Kondisi tersebut kemudian mengakibatkan pembengkakan dan terkadang nyeri, atau menimbulkan infeksi.
Seroma merupakan komplikasi paling umum operasi plastik pengencangan perut, terjadi pada 15 – 30% pasien yang menjalani operasi.
8. Komplikasi anestesi
Anestesi adalah obat bius yang memungkinkan pasien menjalani operasi tanpa merasakan rasa sakit.
Anestesi umum terkadang dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi paru-paru, stroke, serangan jantung, dan kematian.
Terbangun di tengah operasi sebenarnya sangat jarang terjadi, tetapi ada risikonya.
Risiko anestesi yang lebih umum termasuk:
- gemetar,
- mual dan muntah, dan
- bangun dengan bingung atau disorientasi.
9. Kematian
Kematian menjadi risiko operasi plastik yang paling jarang terjadi. Persentasenya bahkan mungkin kurang dari satu persen.
Data dari Plastic and Reconstructive Surgery (2019) menunjukkan sepanjang tahun 2012 -2017 terjadi 42 kematian di Amerika Serikat akibat prosedur operasi plastik.
Setidaknya, 25 kasus kematian akibat operasi plastik terjadi akibat trombosis vena dalam dan emboli paru. [rna]