WahanaNews.co | Peneliti dari Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) mengatakan intensitas penjualan rokok di Indonesia tidak menurun sama sekali selama pandemi Covid-19.
Kebiasaan ini bahkan tidak berkurang di kalangan keluarga berpendapatan rendah yang sangat terdampak Covid-19.
Baca Juga:
YLKI: Konsumen Lebih Aman dengan Kebijakan Kemasan Polos pada Rokok
"Tidak banyak terjadi perubahan status merokok setelah 10 bulan pandemi Covid-19 di Indonesia," tulis penelitian tersebut dan dilihat pada Selasa (21/9/2021).
Hasil penelitian dari 779 responden berbagai latar belakang sosio-demografi ini menemukan berdasarkan kelompok pendapatan, proporsi responden dengan pada kelompok pendapatan terendah (5 juta ke bawah) memiliki intensitas merokok yang sama dengan responden berpendapatan tinggi (10-20 juta).
Padahal, pada kelompok pendapatan rendah tersebut, mayoritas responden menyatakan bahwa kondisi keuangan mereka selama pandemi tergolong "kurang cukup".
Baca Juga:
Malang Nasib Istri Korban KDRT di Tangerang, Disundut hingga Ditusuk lalu Diusir
Data hasil survei juga menunjukkan bahwa separuh responden pada kelompok pendapatan rendah tersebut (50,86%), mengubah pilihan rokoknya dan beralih ke rokok yang harganya lebih murah.
Dari aspek kesejahteraan materi, 63 persen responden merasa pengeluaran suaminya untuk membeli rokok sangat besar dan hampir 50 persen esponden juga merasa bahwa pengeluaran suami untuk membeli rokok telah menyebabkan berkurangnya alokasi anggaran rumah tangga untuk keperluan yang lain.
"Dampak dari kebiasaan merokok pasangan, ditambah lagi dengan pandemi Covid-19 membuat wanita, yang merupakan pasangan atau istri dari perokok, menanggung beban tiga kali lipat lebih berat," ujar Ketua PKJS-UI, Ir Aryana Satrya. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.