WahanaNews.co, Jakarta - Kongres Internasional EAACI dimulai dengan slogan "Merevolusi perawatan pasien melalui kecanggihan ilmu data." Selama empat hari ke depan, para ahli akan membahas kemajuan terkini di bidang yang berpengaruh besar ini. Alergi, sebagai masalah kesehatan yang umum, melibatkan berbagai kondisi.
Alergi obat adalah reaksi merugikan tingkat besar yang dapat menimbulkan konsekuensi serius.
Baca Juga:
Penyakit Alergi Menimbulkan Kerugian Langsung Kepada Pasien Tiap Tahunnya
"Antibiotik, terutama penisilin dan turunannya, adalah obat yang paling sering menyebabkan reaksi alergi," ujar Maria Jose Torres, Sekretaris Jenderal EAACI.
"NSAID, media kontras radiologi, dan kemoterapeutik juga menjadi penyebab sebagian besar reaksi alergi," dia menjelaskan lebih lanjut.
Asma, terutama pada penderita obesitas, berpengaruh besar pada kualitas hidup penderitanya jika tidak ditangani dengan benar.
Baca Juga:
Gejalanya Seperti Alergi, Masyarakat Diminta Waspadai Munculnya Virus Covid Jenis Baru
"Kedua kondisi kesehatan yang umum ini secara signifikan memengaruhi kualitas hidup masyarakat," André Moreira menekankan, Ketua Bersama Program Ilmiah Kongres.
Topik utama lainnya adalah perkembangan yang dicapai pada pengobatan alergi. Seperti dijelaskan oleh Stefano Del Giacco, Presiden EAACI, "Di bidang kedokteran presisi, mengidentifikasi varian genetik yang terkait dengan kerentanan yang lebih besar terhadap alergi dan menggunakan biomarker spesifik telah meningkatkan manajemen beberapa jenis alergi sehingga memungkinkan pengembangan pengobatan yang lebih dipersonalisasi."
"Kami telah mencapai hasil yang sangat bagus dalam penerapan imunoterapi untuk rhinitis alergi dan asma," ujar Mübeccel Akdis, Ketua Bersama Program Ilmiah Kongres.
"Hal ini juga berlaku untuik alergi makanan, dengan terapi oral atau personalisasi vaksin berdasarkan profil imunologi pasien."
Big Data pada Alergologi "memungkinkan pengumpulan dan analisis data klinis, genetika, dan lingkungan dalam jumlah besar, yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor risiko dan pola alergi," kata Mohamed Shamji, Wakil Presiden Kongres EAACI.
AI meningkatkan kualitas diagnosis alergi melalui analisis data klinis tingkat lanjut dan berperan penting dalam mengembangkan pengobatan baru dengan mengidentifikasi target terapeutik dan mengoptimalkan molekul.
"Kami mengalami kemajuan pesat yang menjanjikan, meskipun dihadapkan dengan tantangan," ucap Shamji saat menutup pembicaraan.
[Redaktur: Amanda Zubehor]