WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kehamilan menjadi salah satu impian terbesar bagi pasangan suami istri yang mendambakan hadirnya buah hati.
Namun, kenyataannya tidak semua pasangan bisa langsung mewujudkan impian tersebut.
Baca Juga:
Nikita Mirzani Beberkan Kehamilannya, Ayah Sang Anak Masih Misteri
Salah satu penghalangnya adalah kondisi infertilitas, yaitu ketidakmampuan untuk hamil meski telah rutin melakukan hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi selama setahun atau lebih.
Kondisi ini umum dialami oleh pasangan di usia subur.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), sekitar 17,5 persen populasi dewasa di dunia atau setara dengan satu dari enam orang menghadapi masalah infertilitas.
Baca Juga:
Perubahan Hormon Saat Hamil Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental, Termasuk Depresi Antepartum
Di Indonesia sendiri, Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia (PERFITRI) mencatat ada sekitar 4 hingga 6 juta pasangan yang mengalami kesulitan mendapatkan keturunan secara alami, menurut hasil survei dan studi epidemiologi yang dilakukan.
Infertilitas tidak semata menjadi masalah kaum perempuan. Dr. Muhammad Dwi Priangga, Sp.OG, Subsp.FER, selaku Direktur PT Kato Ojin Group dan Kepala Klinik KOIC, menegaskan bahwa pria juga bisa menjadi penyebab utama atau turut berkontribusi dalam kondisi infertil.
“Dari pihak perempuan bisa jadi karena infeksi, endometriosis, kelainan haid, usia yang terus bertambah, miom, PCOS, gaya hidup, dan lain-lain. Sedangkan, dari pihak laki-laki bisa jadi karena infeksi, kualitas sperma kurang baik, gaya hidup kurang sehat seperti merokok dan alkohol, dan bisa jadi genetik,” ujar dr. Angga dikutip (20/07/2025).
Dalam menghadapi masalah ini, teknologi kedokteran modern menghadirkan sejumlah solusi, salah satunya adalah program In Vitro Fertilization (IVF) atau bayi tabung.
IVF merupakan teknik pembuahan di luar tubuh (laboratorium) yang telah membantu banyak pasangan mengatasi infertilitas.
Terdapat berbagai pendekatan IVF, seperti IVF konvensional, natural cycle IVF, dan metode mild stimulation IVF. Masing-masing memiliki keunggulan tersendiri.
IVF konvensional menggunakan hormon dosis tinggi untuk merangsang produksi sel telur sebanyak mungkin. Sementara natural cycle IVF lebih alami tanpa penggunaan obat kesuburan.
Adapun mild stimulation hanya menggunakan dosis obat minimal, sehingga lebih ringan bagi tubuh.
Di Indonesia, Kato Ojin IVF Center (KOIC) menjadi salah satu klinik yang mengandalkan metode mini IVF atau mild stimulation IVF sebagai layanan unggulan.
Tingkat keberhasilan metode ini bahkan mencapai 62,5 persen, jauh di atas rata-rata keberhasilan IVF nasional yang berkisar antara 30 hingga 40 persen.
“Metode mild stimulation memungkinkan pasien menjalani program IVF dengan dosis hormon yang lebih rendah, sehingga lebih nyaman, mengurangi risiko sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS), dan meningkatkan kualitas embrio yang dihasilkan, serta menurunkan risiko kejadian keguguran, lahir prematur, pre-eklampsia, diabetes melitus gestasional saat hamil,” tutur dr. Angga.
Dr. Angga menjelaskan bahwa metode ini meniru siklus alami tubuh wanita, sehingga dapat menghasilkan sel telur yang lebih sehat dan siap untuk ditanamkan di rahim.
Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan peluang kehamilan, tetapi juga mengurangi risiko keguguran serta efek samping dari pengobatan hormon.
Dr. Eko Santoso, Sp.OG, spesialis kandungan KOIC, menambahkan bahwa program mild stimulation tidak mensyaratkan usia tertentu.
Namun, penting untuk memastikan bahwa pasien masih berada di usia subur dan memiliki kondisi fisik yang memungkinkan.
“Intinya tentunya harus pada usia produktif, dan kondisi kesehatan saat pertama kali dilakukan checkup. Yang paling dilihat adalah berapa cadangan telur pada saat memulai program,” tambahnya.
Selain metode medis, dukungan gaya hidup sehat juga sangat berperan dalam keberhasilan IVF. Menjaga pola makan, tidur cukup, menghindari stres, rutin berolahraga, dan mendapat dukungan emosional merupakan faktor penting.
“Bila kondisi fisik dan mental kurang mendukung, hal ini bisa mengganggu gelombang hormonal di dalam tubuh. Sehingga, selain karena kualitas dan layanan yang kami berikan, pasien juga harus mampu bekerjasama untuk menjaga kondisi tetap prima selama program dilakukan,” jelas dr. Eko.
Dengan pendekatan yang menyeluruh, mulai dari teknologi medis hingga perawatan holistik, pasangan yang mengalami infertilitas tetap memiliki harapan besar untuk meraih impian menjadi orang tua.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]