WahanaNews.co | Menteri
kesehatan (Menkes), Budi Gunadi, mengatakan jenis vaksin yang digunakan di
Indonesia lebih baik untuk melawan Covid-19 varian delta dibanding yang
digunakan di Amerika Serikat dan Israel yang menggunakan vaksin mRNA.
Menurut Budi hal itu terjadi karena vaksinasi yang digunakan
AS dan Israel lebih banyak menggunakan vaksin berbasis mRNA. Efikasi
(kemanjuran) vaksin berbasis mRNA menurun terhadap varian Delta.
Baca Juga:
PDHI Gorontalo Berikan Vaksinasi Gratis untuk Hewan Peliharaan
"Perbedaan ketiga negara ini, AS dan Israel besar (memakai) vaksin mRNA. Di Inggris lebih besar komposisi vaksin AstraZeneca.
Beberapa hasil riset yang kami perhatikan memang menyebutkan efikasi terhadap
varian Delta memang terjadi penurunan yang drastis untuk vaksin berbasis
teknologi mRNA," kata Budi.
Sementara itu, untuk di Indonesia, Budi menjelaskan saat ini
kasus corona di dalam negeri sudah mengalami penurunan dibanding beberapa waktu
sebelumnya. Namun, angkanya masih lebih tinggi dibanding sebelum Lebaran.
"Kasus aktif di Indonesia sudah menurun dari puncaknya
yang mendekati angka 570 ribu kalau sekarang sudah turun ke angka 290 ribu
kasus. Yang memang masih kita waspadai adalah angka ini belum kembali sebelum
Lebaran. Kami harapkan masih bisa turun terus sehingga di bawah 100 ribu
seperti sebelum saat Lebaran," kata Budi.
Baca Juga:
Dinkes DKI Jakarta: Per 1 Januari 2024 Vaksinasi COVID-19 Berbayar
Selain dengan AS dan Israel, Menkes Budi Gunadi Sadikin
membandingkan situasi pandemi corona di Indonesia dengan 1 negara maju lainnya
yaitu Inggris.
Ketiga negara itu memiliki jumlah vaksinasi dosis kedua yang
tinggi, meski begitu angka kasus corona mereka mengalami peningkatan sejak
varian Delta menyebar.
"Contoh Amerika Serikat yang 51 persen sudah selesai
vaksinasi dosis 2, tapi tetap terjadi kenaikan tinggi. Bahkan sempat mencapai
hampir 200 ribu kasus per hari. Gelombang sebelumnya sempat 250 ribu per
hari," kata Budi kepada wartawan, Rabu (25/8/2021).
Tidak hanya kasusnya yang meningkat, jumlah pasien COVID-19
di AS yang dirawat juga mengalami peningkatan yang signifikan. Jumlahnya
meningkat 70 persen dibandingkan saat gelombang pertama di negara tersebut.
"Ini juga terlihat yang masuk rumah sakit di AS masih
tinggi dan terus naik. Bahkan sekarang mencapai 70 persen dari kondisi
gelombang sebelumnya. Kematiannya memang lebih rendah, tapi trennya naik karena
memang dari kasus konfirmasi ke perawatan ada jeda waktu, dari perawatan ke
kematian ada jeda," jelas Budi.
Sementara di Israel, menurut Budi, vaksinasi dosis kedua
mereka telah mencapai 63 persen. Namun sejak varian Delta menyebar membuat jumlah
kasus corona mereka meningkat lagi
"Bahkan di Israel mendekati puncak sebelumnya sudah 80
persen. Ini juga diikuti oleh orang yang masuk rumah sakit, dan juga diikuti
dengan yang wafat walaupun kembali... yang wafatnya baru mulai, kami lihat baru
mulai," kata Budi.
"Hal yang menarik di Inggris, terjadi kenaikan tinggi.
Perbedaan dengan Inggris dan Israel, mereka lebih landai dari perawatan dan
kematian," tambah Budi.
AstraZeneca adalah vaksin dengan teknologi baru, yaitu
berplatform adenovirus atau merekayasa virus agar menjadi vaksin untuk
menginfeksi virus lain. Sedangkan vaksin Sinovac yang digunakan di Indonesia
memakai teknologi lama, yaitu berplatform inactivated virus. [rin]