WAHANANEWS.CO, Jakarta - Susu kemasan dalam menu Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi sorotan lantaran kandungan susu yang hanya 30 persen. Publik mempertanyakan tentang kandungan air yang lebih banyak serta opsi susu segar yang seharusnya diberikan kepada anak-anak.
Pada akhir September 2025 lalu, ahli gizi dr Tan Shot Yen telah mengkritik menu MBG termasuk susu. Menurut dr Tan, susu termasuk protein hewani yang tidak begitu penting, selama ada telur, ikan, hingga daging.
Baca Juga:
Peringatan Keras BGN: Jangan Permainkan Anggaran MBG, Dua Lauk dan Susu Wajib Ada
"Kita udah lewat dari empat sehat lima sempurna. Susu adalah bagian dari protein hewan yang tidak penting banget, selama di situ ada telur, ikan, daging, negara kita kurang apalagi," ucap dr Tan dalam rapat yang disiarkan di YouTube TVR Parlemen, beberapa waktu lalu.
dr Tan menjelaskan, bahwa mayoritas etnik Melayu termasuk intoleran laktosa. Kondisi ini berarti tubuh tidak dapat mencerna gula yang ada dalam susu.
"Tidak banyak orang yang tahu bahwa etnik Melayu 80 persennya itu intoleran laktosa, termasuk saya, jadi Anda bisa bayangkan. Menurut Permenkes tahun 2014, udah sebelas tahun, lo, bisa dicatat dicari dokumennya. Kita itu udah keluar dari empat sehat lima sempurna," ungkap lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tahun 1991 tersebut.
Baca Juga:
BEM se-Riau Harap Masalah Pulau Rempang Selesai dengan Objektif
"Jadi kita nggak mungkin mengonsumsi susu sebagai bangsa Melayu. Akhirnya ada yang mencret," imbuh dr Tan.
Di lapangan, lanjut dr Tan, sudah banyak masyarakat yang bisa menilai, apakah susu kemasan termasuk susu yang baik atau hanya minuman bergula.
"Ini adalah bukti nyata dari susu yang dibagi (oleh program MBG). Anda bisa tahu bahwa publik kita dah pinter, yang dibagi ini bukan susu. Ini adalah minuman bergula," ujarnya.