WAHANANEWS.CO, Jakarta - Serangan jantung yang muncul saat seseorang berolahraga kerap membuat publik terperangah karena sering dikaitkan dengan kematian mendadak di lapangan.
Peristiwa ini pernah menimpa atlet bulutangkis muda asal China, Zhang Zhi Jie, yang diduga meninggal akibat henti jantung ketika berlaga di Kejuaraan Bulutangkis Asia Junior Championship 2024 di GOR Amongrogo, Yogyakarta pada Minggu (30/6/2024).
Baca Juga:
Waspadai! Ini Fakta Medis di Balik Penyakit Jantung yang Sering Disalahpahami
Meski begitu, konsultan kardiologi intervensi dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Vireza Pratama, SpJP, Subsp.IKKv(K), FIHA, FAsCC, FSCAI, mengingatkan agar masyarakat berhati-hati menarik kesimpulan bahwa olahraga adalah pemicu serangan jantung.
Menurutnya, olahraga justru terbukti sejak lama memberikan manfaat besar bagi tubuh, termasuk memperkuat kesehatan sistem kardiovaskular.
“Sebaliknya, olahraga terbukti sejak lama dapat memperbaiki kondisi kesehatan tubuh kita, termasuk dapat memperbaiki status kesehatan sistem kardiovaskular,” kata dr Vireza. “Yang jadi masalah, sudah tepatkah olahraganya?” ujarnya pada Sabtu (27/9/2025).
Baca Juga:
Polisi di Bogor Ditemukan Meninggal Dunia dalam Mobil
Ia menjelaskan, pola olahraga yang dijalani masyarakat umum tentu berbeda dengan pola latihan atlet yang memang dirancang khusus dengan diet, program latihan, serta pengawasan tim medis.
Dari sisi kemampuan fisik, atlet memang punya performa yang tidak bisa disamakan dengan orang kebanyakan. Namun, mereka tetap harus menjalani pola latihan yang disesuaikan agar aman.
“Olahraga yang baik (bagi orang kebanyakan) adalah olahraga yang dilakukan dengan intensitas sedang, bukan olahraga berat,” jelas dr Vireza.
Penegasan ini sejalan dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menganjurkan orang dewasa melakukan olahraga tipe aerobik intensitas sedang selama 130-300 menit per minggu.
Durasi itu setara dengan 30-60 menit per hari sebanyak tiga hingga lima kali dalam sepekan.
Faktor lain yang harus diperhatikan adalah kondisi tubuh masing-masing individu. Jika memiliki riwayat penyakit jantung, maka porsi maupun jenis olahraga sebaiknya disesuaikan.
“Kalau memang perlu, kita periksakan status kesehatan kita di rumah sakit,” saran dr Vireza.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]