WAHANANEWS.CO, Jakarta - Penelitian terbaru dari Medical Daily mengatakan bahwa pemanis buatan umum yang digunakan dalam soda diet dan makanan tanpa gula lainnya dapat memicu risiko serangan jantung dan stroke.
Penelitian yang disiarkan pada Kamis (20/2) dalam jurnal Cell Metabolism itu mengevaluasi tikus yang diberi aspartam untuk pengganti gula umum, selama 12 minggu dan membandingkannya dengan tikus tanpa diet yang mengandung pemanis.
Baca Juga:
Nutrisi Buah untuk Otak Sehat: Strategi Alami Melawan Stroke dan Menjaga Kejernihan Pikiran
Jumlah aspartam yang dikonsumsi tikus (dosis harian makanan yang mengandung 0,15 persen) setara dengan sekitar tiga kaleng soda diet per hari untuk manusia.
Hasilnya mengungkapkan bahwa tikus yang diberi aspartam mengalami peningkatan peradangan dan "plak lemak yang lebih besar dan lebih banyak" di arteri mereka, dua faktor utama yang dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Para peneliti juga mencatat bahwa darah tikus mengalami lonjakan insulin setelah aspartam memasuki sistem mereka. Mereka kemudian menentukan bahwa peningkatan kadar insulin mungkin menjadi hubungan utama antara aspartam dan kesehatan kardiovaskular.
Baca Juga:
Gejala Wajah Mencong: Tanda Stroke atau Bell's Palsy? Ini Perbedaan Menurut Dokter
"Aspartam memicu peningkatan kadar insulin pada hewan, yang pada gilirannya berkontribusi terhadap aterosklerosis—penumpukan plak lemak di arteri, yang dapat menyebabkan tingkat peradangan yang lebih tinggi dan peningkatan risiko serangan jantung dan stroke seiring berjalannya waktu," para peneliti mencatat dalam rilis berita.
Penelitian tersebut mengidentifikasi sinyal imun spesifik, CX3CL1 yang diaktifkan di bawah stimulasi insulin sebagai faktor kunci untuk peradangan dan penumpukan plak.
"Karena aliran darah melalui arteri kuat dan kokoh, sebagian besar bahan kimia akan cepat tersapu saat jantung memompa. Anehnya, tidak demikian dengan CX3CL1. Zat ini tetap menempel pada permukaan lapisan dalam pembuluh darah. Di sana, zat ini bertindak seperti umpan, menangkap sel-sel imun saat mereka lewat," kata penulis senior Yihai Cao.