WahanaNews.co | Sebuah studi bersama Inggris-Portugis mengingatkan untuk mewaspadai penularan bakteri resisten antibiotik yang berasal dari hewan peliharaan kucing dan anjing kepada pemiliknya.
Hasil studi ini dipresentasikan di Kongres Eropa Mikrobiologi Klinis dan Penyakit Menular di Denmark dengan menemukan, enam hewan peliharaan di Portugal dan satu di Inggris membawa bakteri kebal antibiotik yang serupa dengan yang ditemukan pada pemiliknya.
Baca Juga:
Maxim Jakarta Rayakan World Animal Day Dengan Bagi-Bagi Makanan Kucing Dan Bersih-Bersih Kandang
Hal ini menyoroti pentingnya mengikutsertakan rumah tangga yang memiliki hewan peliharaan, ke dalam upaya mengurangi penyebaran resistensi antimikroba.
Diketahui, resistensi antibiotik telah mencapai tingkat yang sangat tinggi di seluruh dunia, dengan infeksi yang kebal terhadap obat yang menyebabkan sekitar 700.000 kematian per tahun.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan resistensi antibiotik sebagai salah satu ancaman kesehatan masyarakat terbesar yang dihadapi umat manusia, dengan jumlah kematian yang diperkirakan akan meningkat menjadi 10 juta pada tahun 2050 jika tidak ada tindakan yang diambil, seperti dilansir dari The National News 30 Juni.
Baca Juga:
Alergi Bulu Hewan Peliharaan: Kucing Lebih Dominan, Kenapa?
Berangkat dari itu, peneliti Juliana Menezes dan rekan-rekannya dari Laboratorium Resistensi Antibiotik di Pusat Penelitian Interdisipliner Kesehatan Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Lisboa, Portugal, mencoba meneliti, apakah hewan peliharaan yang diobati dengan antibiotik untuk infeksi menularkan patogen yang kebal antibiotik kepada pemiliknya.
Tim peneliti mengumpulkan dan menganalisis sampel tinja dari anjing, kucing dan pemiliknya untuk mencari Enterobacterales, sebuah keluarga besar bakteri yang mencakup E. coli dan pneumonia Klebsiella, yang resisten terhadap antibiotik yang umum digunakan.
Penelitian ini melibatkan 43 rumah tangga di Portugal, dengan lima kucing, 38 anjing dan 78 manusia. Serta tujuh rumah tangga di Inggris, dengan tujuh anjing dan delapan manusia.
Di Portugal, 24 hewan peliharaan dan 28 pemiliknya ditemukan memiliki bakteri yang resisten terhadap sefalosporin generasi ketiga, antibiotik yang sangat penting untuk pengobatan manusia.
Di delapan rumah tangga, baik hewan peliharaan maupun pemiliknya membawa bakteri resisten, dengan analisis DNA menunjukkan bakteri tersebut mungkin berpindah dari hewan ke manusia. Namun, arah perpindahannya masih belum jelas.
Sedangkan di Inggris, temuan serupa juga ditemukan, di mana seekor anjing dan pemiliknya membawa bakteri yang kebal terhadap sefalosporin generasi ketiga, karbapenem dan beberapa keluarga antibiotik lainnya.
"Dalam penelitian ini, kami memberikan bukti bahwa bakteri yang resisten terhadap sefalosporin generasi ketiga, antibiotik yang sangat penting, ditularkan dari hewan peliharaan ke pemiliknya," ungkap Juliana Menezes yang merupakan mahasiswa program doktoral.
Menezes menekankan pentingnya menyertakan hewan peliharaan dalam penilaian resistensi antimikroba, menyarankan agar pemilik hewan peliharaan dapat mengurangi penyebaran bakteri yang kebal terhadap banyak obat dengan mempraktikkan gaya hidup bersih, seperti mencuci tangan setelah mengumpulkan kotoran hewan peliharaan mereka hingga setelah membelai mereka.
Dikatakan, penelitian ini menggarisbawahi perlunya pendekatan komprehensif untuk memerangi resistensi antibiotik yang tidak hanya melibatkan perawatan kesehatan manusia, tetapi juga hewan peliharaan.
Dengan memahami jalur penularan bakteri yang kebal antibiotik, strategi yang lebih efektif dapat dikembangkan untuk memperlambat penyebaran bakteri super dan melindungi kesehatan manusia dan hewan.
[Redaktur: Zahara Sitio]