WahanaNews.co | Bank Dunia (World Bank) menyepakati pinjaman sebesar US$300 juta atau setara Rp4,5 triliun (asumsi kurs Rp15 ribu per dolar AS) bagi Indonesia guna mendukung meningkatkan cakupan, kualitas, dan efisiensi penanganan tuberkulosis (TBC) di Indonesia.
Bantuan ini diberikan lantaran sistem kesehatan Indonesia menghadapi tantangan yang semakin meningkat untuk mengobati kasus TBC, terutama sejak awal pandemi covid-19. Bahkan, sebelum pandemi, Indonesia merupakan penyumbang jumlah TBC terbesar ketiga secara global.
Baca Juga:
Kasus TBC Meningkat, Pemkab Dairi Gelar Rencana Aksi Eliminasi
"Pembiayaan Bank Dunia akan mendukung penguatan Program Tuberkulosis Nasional yang sempat sangat terhambat oleh pandemi covid-19," ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan resmi Bank Dunia, melansir CNN Indonesia, Selasa (17/1).
Pada 2021 lalu, Indonesia menyumbangkan sekitar 9 persen dari total 10,6 juta kasus TBC baru di seluruh dunia. Indonesia memiliki kejadian kasus TBC pada lebih dari 969 ribu orang dan lebih dari 150 ribu orang meninggal setiap tahun akibat penyakit menular ini.
Selain berdampak signifikan terhadap kesehatan dan modal manusia, beban ekonomi yang disebabkan oleh TBC sangat besar.
Baca Juga:
Potensi Indonesia sebagai Pemimpin Produksi Hidrogen dan Amonia di Asia
Sebuah penelitian memperkirakan bahwa total biaya tahunan terkait TBC di Indonesia mencapai US$6,9 miliar, termasuk hilangnya produktivitas karena mengidap penyakit ini dan kematian dini.
"Ini (dana pinjaman) akan membantu agenda transformasi kesehatan kementerian melalui penguatan respons layanan kesehatan primer dan pencapaian tujuan kami untuk mengurangi 90 persen kasus baru TBC pada tahun 2030," imbuh Budi.
Adapun pembiayaan baru ini diimplementasikan dalam kemitraan bersama Global Fund melalui mekanisme pembelian berbasis hasil yang inovatif, di mana Global Fund menyediakan sejumlah US$20 juta untuk mengurangi pembayaran bunga dan pokok Pemerintah Indonesia.
Global Fund merupakan kemitraan internasional yang didanai terutama oleh pemerintah berbagai negara untuk mempercepat berakhirnya AIDS, tuberkulosis, dan malaria sebagai epidemi.
Pembiayaan ini menggunakan pendekatan berbasis hasil yang akan terfokus pada tiga area. Pertama, memperkuat respons terkait penanganan TBC di tingkat daerah atau sub-nasional, seperti penemuan kasus, cakupan pengobatan, dan respons tepat waktu, di mana hasil dari area pertama ini akan terhubung dengan transfer fiskal daerah.
Kedua, memperkuat tanggapan terhadap penanganan TBC di antara penyedia layanan kesehatan primer, termasuk penyedia layanan kesehatan swasta.
Pembiayaan akan membantu menghubungkan penyedia layanan dari sektor swasta dengan program TBC nasional, dan memudahkan mereka untuk memberi tahu, mendiagnosis, dan mengobati TBC dengan meningkatkan akses mereka pada diagnostik dan obat-obatan yang disediakan oleh Program Tuberkulosis Nasional.
Ketiga, meningkatkan sistem digital untuk TBC dan kebijakan yang terinformasi dengan baik melalui penciptaan ekosistem yang bertujuan meminimalkan beban pelaporan dan meningkatkan ketersediaan dan keandalan data.
Ekosistem ini akan mendukung ekuitas, pemerataan akses, dan pemantauan program TB yang lebih baik bagi layanan kesehatan sektor publik dan swasta.
"Indonesia telah menunjukkan komitmennya dalam memberantas TBC dan Bank Dunia bangga mendukung perjuangan ini. Pembiayaan kami akan memperkuat respons Indonesia terkait TBC sambil membuka jalan bagi sistem perawatan kesehatan primer yang lebih kuat, menggabungkan pelajaran yang didapat dari program ini," jelas Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen.
Dukungan baru dari Bank Dunia sejalan dengan Kerangka Kerja Kemitraan Negara 2021-2025, khususnya dalam memelihara modal manusia dengan memperkuat kualitas dan ekuitas dalam layanan kesehatan. [eta]