WAHANANEWS.CO, Jakarta - Pemerintah terus memperkuat komitmen dalam memberantas penyakit tuberkulosis (TBC) melalui gerakan kolaboratif antara masyarakat dan tenaga kesehatan. Gerakan ini menekankan pentingnya partisipasi aktif seluruh elemen bangsa untuk menemukan, mengobati, dan memastikan pasien TBC benar-benar sembuh.
Upaya tersebut sejalan dengan target pemerintah untuk menurunkan angka kasus TBC secara signifikan pada tahun 2025, setelah sempat mengalami lonjakan akibat pandemi Covid-19.
Baca Juga:
Kemendagri Genjot Percepatan Eliminasi TBC 2030, Dorong Daerah Selesaikan RAD dan TP2TB
“TB kita sempat turun, terus menurun sampai tahun 2021. Tetapi setelah ada COVID-19 di pertengahan 2020, maka justru satu tahun berikutnya kasus TB itu meningkat,” kata Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno kepada wartawan usai menghadiri acara Kampanye dan Sosialisasi Masif TOS TBC ‘Temukan, Obati, Sampai Sembuh’ di kawasan Jakarta Pusat, Minggu (9/11/2025).
Pratikno menjelaskan bahwa kenaikan kasus tersebut disebabkan oleh perubahan perilaku masyarakat selama pandemi.
Banyak penderita dengan penyakit penyerta (komorbid) yang memilih menunda atau bahkan tidak berobat karena khawatir tertular Covid-19 di rumah sakit.
Baca Juga:
Muara Enim Bergerak! Dinkes Luncurkan 150 Desa “Libas TB Membara”, Langkah Nyata Menuju Kabupaten Sehat dan Bebas Penyakit
Di sisi lain, sumber daya medis dan fasilitas kesehatan saat itu difokuskan untuk penanganan pandemi.
“Itu pasti karena orang komorbid tidak berani keluar rumah, tidak berani berobat ke rumah sakit. Para dokter juga sangat serius pada waktu pandemi Covid-19, rumah sakit juga sangat sibuk,” ucap Pratikno.
Akibat kondisi tersebut, lanjutnya, tren kenaikan kasus TBC kembali terlihat sejak tahun 2022 hingga 2024.