WahanaNews.co | Jiwa sosial yang tinggi membawa Herlina Agustin
terlibat dalam uji klinis fase III vaksin virus Corona buatan Sinovac.
Tanpa pikir panjang,
ibu tiga anak ini mendaftarkan
diri menjadi relawan yang akan disuntikkan
cairan antibodi tersebut.
Baca Juga:
COVID-19 Ngamuk di India, Kasus Melonjak Ribuan Persen dalam 3 Minggu
Warga Kawaluyaan,
Kota Bandung, Jawa Barat, ini merupakan satu dari 540 relawan pertama
yang disuntik oleh vaksin
tersebut.
"Sudah dua kali
disuntik, sekarang tinggal menunggu hasil tes darah," kata Herlina, Selasa
(13/10/2020).
Dia mengaku, usai menjalani penyuntikkan vaksin itu, baik yang pertama maupun kedua, tidak merasakan
perbedaan berarti. Kekhawatiran akan efek samping dari cairan tersebut ternyata tidak terbukti.
Baca Juga:
Korupsi Pengadaan APD: Eks Pejabat Kemenkes dan Dua Direktur Dipenjara
"Yang saya
rasakan sih gitu, enggak ada perbedaan apa-apa," ujarnya.
Namun, menurutnya, terdapat sedikit perbedaan terkait nafsu
makannya yangmenjadi lebih tinggi.
"Mungkin semua
vaksin juga begitu kan ya, bikin cepat lapar. Tapi, secara umum, biasa saja, enggak kerasa apa-apa,"
katanya.
Tidak adanya
perbedaan yang dirasakan tubuhnya ini pun
menjadikan Herlina beraktivitas seperti biasa.
Hal ini pun didorong oleh dokter tim uji klinis vaksin
yang tidak memberikan batasan kepadanya terkait apapun.
"Dokter tidak
melarang apa-apa, bahkan membolehkan saya ke luar kota. Yang penting, kalau ada apa-apa, kita segera laporan, kayak
ngisi buku harian," ucapnya,
seraya menyebut hingga kini buku hariannya itu pun
tetap kosong,
karena merasa tidak ada yang perlu
dituliskan.
Meski begitu, Herlina
mengakui dirinya tidak mengetahui apakah cairan yang disuntikkan padanya ini adalah
vaksin atau hanya plasebo.
Dia hanya berharap, vaksin yang tengah diujicobakan ini menghasilkan
antibodi, sehingga manusia
tahan terhadap infeksi virus Corona.
"Enggak tahu ya
apa itu emang vaksin atau plasebo. Yang penting, vaksinnya berhasil, bisa menimbulkan
antibodi," ujarnya.
Setelah menjalani dua
kali penyuntikkan vaksin dan sekali pengambilan darah, Herlina akan menjalani
pengetesan sampel darah pada Desembermendatang.
"Mudah-mudah pas
dites nanti darah saya ada antibodinya," katanya.
Meski begitu, alumnus
Universitas Padjajaran ini menilai,
masyarakat jangan mengandalkan vaksin dalam mencegah penyebaran suatu penyakit.
Menurutnya,
kebersihan dan kelestarian lingkungan harus menjadi prioritas jika manusia
ingin terjaga dan tetap sehat hidupnya.
"Percuma kita
ada vaksin, tapi lingkungan kita kotor dan rusak, ya kehidupan kita tetap
terancam juga," tegasnya.
Oleh karena itu, dia
berharap pemerintah mulai dari pusat hingga daerah lebih peduli terhadap
kondisi lingkungan dalam menjalankan setiap kebijakan.
"Yang terpenting
ini gimana lingkungan kita agar tetap baik, sehingga mereka (alam) pasti akan
menjaga kita," katanya.
Kepedulian yang
tinggi terhadap
lingkungan dan sesama manusia ini sudah lama dirasakan Herlina.
Sejak usia remaja,
dirinya sudah terlibat aktif dalam organisasi sosial,seperti PMI saat di sekolah.
"Sampai sekarang, saya cukup aktif dalam kegiatan-kegiatan
kemanusiaan," katanya.
Bahkan, selain
menjadi relawan pada uji klinis vaksin ini, Herlina bersama keluarganya sudah
terlibat dalam donor mata bagi yang membutuhkan.
"Jadi, saya bersama suami dan tiga anak kami sudah
menulis perjanjian, jika nanti meninggal akan menyumbangkan kornea mata bagi
siapa saja yang membutuhkan," katanya. [dhn]