WahanaNews.co, Jakarta - Salah seorang korban kejahatan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) Nur Fajri asal Kota Makassar, Sulawesi Selatan(Sulsel) yang berhasil selamat mengungkapkan sejumlah praktik TPPO sindikat internasional yang menyiksanya bekerja paksa di luar negeri.
"Awalnya, saya dapat informasi dari Facebook dengan agennya Ariana. Saya ditawari pekerjaan, ada tes komputer dan bahasa inggris. Saya dinyatakan lulus, dan ditanggung biaya pesawat sampai di Myanmar, tapi belum ketemu orangnya," ungkap Fajri di Makassar, Kamis (05/10/23).
Baca Juga:
Diduga Siswi Disabilitas Dilecehkan Guru SLB, Keluarga Lapor Polisi
Namun sejak tiba di Myamnar pada salah satu hotel, dirinya sudah mulai curiga karena untuk penempatannya berada di Thailand, tetapi posisinya malah berada di Mae Sot atau perbatasan Myamnar-Thailand.
Beberapa saat kemudian, ia dijemput dan dibawa ke arah hutan yang melewati tiga pos. Setiap pos dijaga orang yang mengenakan senjata api. Ketika tiba di daerah tersebut, ia dijemput tiga orang dengan membawa senjata api laras panjang.
"Setelah tiba di situ, saya tidak tahu dimana, langsung masuk ke asrama-asrama dan banyak orang China di situ. Sepertinya base camp layaknya mafia. Ruangan sudah ditempatkan dan saya diberikan komputer, saya mulai curiga karena tugas saya costumer service, tapi malah jadi scammer," ungkap dia.
Baca Juga:
Danlanud Sultan Hasanuddin Tinjau Dapur Sehat untuk Dukung Program Pemerintah Makan Sehat Bergizi
Fajri menceritakan harus terpaksa bekerja di area tersebut karena sudah tidak bisa lagi keluar dari sana, dijaga ketat orang bersenjata. Ia banyak melihat orang Indonesia di lokasi tersebut termasuk orang dari negara lain yang kondisinya sama seperti dirinya.
"Saya di sana selama lima bulan, dan sempat disekap selama satu Minggu di lantai tiga. Waktu itu, ada orang bernama Liu Jin (pelaku) panggil saya ke atas, lalu saya dipukuli 10 orang kemudian disekap, diikat. Selama saya disekap selalu dipukuli. Pelakunya minta tebusan Rp105 juta, tapi bapak saya hanya bisa bayar Rp30 juta," ucapnya bercerita.
Ia menuturkan, alasan dipukuli oleh para pelaku tersebut karena dirinya tidak mau dipekerjakan sebagai penipu. Pemukulan berkali-kali dilakukan saat proses meminta tebusan melalui sambungan telepon video yang tidak jadi. Terdapat luka robek di kening dan bagian dahi wajahnya dampak dari pukulan tersebut. Bahkan ada pula orang di siksa disetrum listrik.