WahanaNews.co | Hari
ini, Senin (5/7/2021), proses pencarian korban KMP Yunicee yang tenggelam di
Selat Bali, memasuki hari ketujuh. Sesuai prosedur, jika tidak membuahkan hasil
lagi, maka proses pencarian akan dihentikan sore ini.
Baca Juga:
BMKG Minta Nelayan Bali Waspadai Potensi Gelombang Tinggi 3,5 Meter di Perairan Nusa Dua
Kemarin, seorang nelayan di perairan Banyuwangi menemukan
satu orang korban meninggal dunia atas nama Yuliardi. Korban merupakan penjaga
kantin di KMP Yunicee. Jasad korban telah dibawa ke RSUD Blambangan. Usai
proses identifikasi, jasad langsung dibawa ke pihak keluarga.
Laporan dari posko Gilimanuk Bali menyebut, ada laporan
penambahan satu penumpang lagi, sehingga masih ada 17 penumpang KMP Yunicee
yang masih belum ditemukan. Ke-17 penumpang itu merupakan penumpang yang
tercatat di manifes dan nonmanifes.
Proses pencarian di hari terakhir ini masih akan difokuskan
di sebelah selatan dari titik tenggelamnya KMP Yunicee. Jika tak membuahkan
hasil lagi, sesuai undang-undang, proses pencarian akan dihentikan. Sementara
itu, soal bangkai kapal, Kepala Basarnas Bali Gede Darmana mengatakan, hal itu
sepenuhnya menjadi tanggung jawab perusahaan kapal. Jika mengganggu lalu lintas
pelayaran, pengangkatan bangkai kapal wajib dilakukan.
Baca Juga:
Tiga Orang Jadi Tersangka Tenggelamnya KMP Yunicee
Terkait tenggelamnya KMP Yunicee, Anggota Komisi V DPR Toriq
Hidayat meminta Kementerian Perhubungan dan Komite Nasional Keselamatan
Transportasi (KNKT) menginvestigasi tragedi tersebut.
Ia mengingatkan bahwa ada tiga musibah terkait dengan kapal
laut dalam jangka waktu beberapa bulan terakhir ini, yaitu selain KMP Yunicee
adalah KMP Karya Indah yang terbakar di perairan Lifamatola pada 29 Mei 2021
dan KMP Jatra 1 yang tenggelam di Pelabuhan Bolok, Kupang, pada 5 April 2021.
Untuk itu, ujar dia, Kemenhub dinilai harus mengevaluasi
manajemen moda transportasi air tersebut agar cepat dapat dibenahi.
"Tata kelola transportasi yang perlu dibenahi antara
lain pemeriksaan kelaikan kapal untuk berlayar, yang dinilai penting apalagi
ketika terjadi gelombang tinggi," kata Toriq.
Selama ini, menurut dia, pemeriksaan kelaikan untuk kapal
berlayar di pelabuhan ini diduga lemah dan banyak permainan sehingga kapal yang
tidak laik atau yang kelebihan muatan tetap diizinkan jalan.
Ia juga menekankan pentingnya memiliki petugas yang cukup
dan cakap untuk melakukan pemeriksaan kelaikan kapal secara detail.
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian
Perhubungan mengonfirmasi musibah tenggelamnya KMP Yunicee, milik PT Surya
Timur Line di selatan perairan Pelabuhan Gilimanuk pada Selasa (29/6/2021)
pukul 19.12 Wita. Lokasi tenggelam diperkirakan terjadi pada titik koordinat 8°
10"26,56""S - 114°25"4218""T mengakibatkan sebanyak tujuh orang meninggal
dunia.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi dalam
konferensi pers yang digelar di Bali menyampaikan, KMP Yunicee berangkat dari
Pelabuhan Ketapang menuju Pelabuhan Gilimanuk pada pukul 18.29 Wita.
"Hari Selasa kemarin pukul 19.12 Wita, kapal KMP.
Yunicee dilaporkan terbawa arus ke arah selatan Pelabuhan Gilimanuk, kemudian
posisi kapal miring dan langsung tenggelam. Kami sangat berduka atas musibah
yang terjadi. Dengan adanya kejadian ini, kami akan melakukan evaluasi. Kami
harapkan dapat terus melakukan mitigasi perbaikan baik secara institusional,
secara sistem, dan perbaikan pada beberapa regulasi," ujar Budi Setiyadi. [dhn]